tag:blogger.com,1999:blog-2295694376880457872024-02-02T13:14:08.649+07:00SKB MANDIRISarana Kegiatan Belajar Mandiri | Sumber refrensi terhadap kebutuhan belajar andaCindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.comBlogger33125tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-68751738745875322252016-01-17T00:22:00.000+07:002016-01-17T06:16:13.991+07:00MATERI DAN CONTOH LAPORAN OBSERVASI<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBGLZLpNVXewieqTi_iOncNfTzF2YPzJvZYCwJS7jaGtNj5eF8TUutCiZkTGj1-H9ZISdfuFhZ_z_0Br8a_JhBRD93ODg4-1jDe4AGyFYPDTThtQSf5MFwHA_9fmiAXwPKEU4p0T8fEHoT/s1600/Cerita+Konyol+Kaca+Pembesar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBGLZLpNVXewieqTi_iOncNfTzF2YPzJvZYCwJS7jaGtNj5eF8TUutCiZkTGj1-H9ZISdfuFhZ_z_0Br8a_JhBRD93ODg4-1jDe4AGyFYPDTThtQSf5MFwHA_9fmiAXwPKEU4p0T8fEHoT/s1600/Cerita+Konyol+Kaca+Pembesar.jpg" width="200" /></a></div>
<b>Pengertian</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Teks laporan hasil observasi merupakan suatu bentuk teks yang berisikan suatu laporan hasil pengamatan yang disusun secara rinci (diklasifikasikan) terkadang disertai bukti-bukti serta data secara akurat untuk memperkuat laporan hasil pengamatan yang dialami manusia berdasarkan indra yang dilihat, seperti menggali informasi berdasarkan pengamatan tentang gejala alam, hewan, tumbuhan, hasil karya manusia, gejala sosial, dan berbagai macam peristiwa yang ada disekitarnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tujuan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Teks laporan hasil observasi memiliki beberapa tujuan utama, diantarannya untuk menyampaikan informasi tentang berbagai macam hasil pengamatan yang disusun secara rinci berdasarkan klasifikasi-klasifikasi yang ditentukan. Intinya, teks tersebut memiliki tujuan untuk menyampaikan suatu informasi kepada pembaca supaya pembaca dapat memperoleh informasi yang diinginkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Struktur Teks</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara garis besar, teks laporan hasil observasi memiliki dua struktur, yaitu <i>pernyataan umum</i> yang membahas tentang klasifikasi atau golongan dan <i>anggota</i> yang membahas tentang beberapa aspek yang ingin dilaporkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara rinci, teks laporan hasil observasi memiliki struktur yang dijelaskan berikut. (1) Terdapat Judul laporan observasi, (2) terdapat klasifikasi umum yang berisikan tentang gambaran umum suatu benda yang ingin diamati, (3) anggota atau klasifikasi rinci yang berisikan tentang uraian dari klasifikasi umum yang dibahas dan digolongkan secara rinci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Karakteristik Bahasa</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa yang digunakan dalam membuat teks laporan hasil observasi, yaitu (1) menggunakan bahasa penghubung. Bahasa penghubung merupakan bahasa yang menyatakan suatu penjelas atau definisi. Kata definisi, yaitu: adalah, merupakan, meliputi, ialah, disebut, terdiri dari, terdiri atas, dan lain-lain). Supaya lebih jelas, berikut diberikan suatu contoh. <i>Penyu <u>adalah</u> kura-kura laut yang ditemukan disemua samudra hindia yang sudah ada didunia ini sejak zaman jura 145-208 juta tahun lalu. </i>Kata yang digaris bawah merupakan suatu kata definisi atau kata penjelas. (2) menggunakan verba aktif. verba aktif merupakan verba yang menjelaskan perilaku atau sifat. Contoh: berenang, makan, bertelur, berbicara, dan lain-lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Latihan Mandiri</b></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Buatlah kelompok minimal 2 orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Masing-masing kelompok coba carilah suatu benda atau peristiwa sosial dan alam yang ada </div>
<div style="text-align: justify;">
disekitarmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Cobalah amati secara rinci karakteristik benda yang kamu amati dan golongkan berdasarkan </div>
<div style="text-align: justify;">
aspek-aspek yang kamu susun.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Catatatlah hasil pengamatanmu dalam bentuk laporan hasil observasi!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
______________<br />
<span style="font-size: x-small;">Sumber Rujukan:</span><br />
<span style="font-size: x-small;">https://id.wikipedia.org/wiki/Penyu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-19367446437378276282016-01-10T21:13:00.001+07:002016-01-10T21:13:31.646+07:00MATERI DRAMA<div class="MsoListParagraph" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 1.7pt; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-wu1-c4yLtfE/VeO0nDSoXLI/AAAAAAAAA4w/JMYKMBDcXQU/s1600/unggah%2Bungguh%2B2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-wu1-c4yLtfE/VeO0nDSoXLI/AAAAAAAAA4w/JMYKMBDcXQU/s1600/unggah%2Bungguh%2B2.jpg" /></a></div>
Pernahkah kamu memahami apa arti sebenarnya drama?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Drama merupakan suatu kegiatan percakapan atau dialog yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dipentaskan serta ditonton oleh penonton. Pementasan tersebut mempunyai beberapa tujuan, diantaranya untuk menghibur suatu penonton. Pada materi drama, belajar drama banyak ditemui di mata pelajaran bahasa terutama basa Jawa, basa Indonesia, serta bahasa asing. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kesempatan ini, dibahas tentang materi drama dalam basa Jawa yang disesuaikan dengan kurikulum 2013 pada kelas XI SMA/SMK/MA di wilayah Jawa Timur. Didalam silabus, untuk ranah pengetahuan, siswa belajar suatu drama dengan cara pengenalan berupa teks drama. Teks drama tersebut menggunakan basa Jawa. Setelah siswa mengenal suatu teks drama lalu siswa akan belajar struktur drama, unsur kebahasaan teks drama, pesan moral, relevansi isi teks drama dengan kehidupan, dan teknik menulis teks drama. Kegiatan tersebut termasuk ranah pengetahuan. Sedangkan ranah kognitif, siswa belajar teknik alih wacana, deskripsi rencana pementasan drama, teknik bermain drama, dan teknik memberikan komentar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-40405614873763753992015-03-26T13:18:00.001+07:002015-03-26T13:18:12.049+07:00SOWANING TEMANTEN<div style="text-align: center;">
<b>PANYANDRA SOWANING TEMANTEN KAKUNG SAKING WISMA PALEREMAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<i>(Maneka Warna Wicara Antologi Basa Jawa)</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Binarung swaraning gongsa ingkang hambabar ladrang wilujeng kawistinggal jengkaring putra temanten kakung saking wisma palereman ing pangajab mugi tansah manggih kawilujengan kalis ing sambekala. Gumembyar busananing putra temanten kakung, hangagem busana ingkang tinaretes benang sotya, ngagem kuluk kanigara hangemba busananing nata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dhampyak-dhampyak para kadang wandawa ingkang sarnya hangayab tindakipun putra temanten kakung. Temanten kakung hanggenya lumaksana lengkeh-lengkeh pindha singa lupa, riak hanggajah ngolong sapecak mangu sapecak kendel semu hangungun hanguningani endah edining swasana ingkang hangrenggani tawanging wiwara. Wus hundungkep unggyan ingkang tinuju kendel tindakira wonten sangajeng ing wiwara, keparenging sedya hangrantu laksinating adi cara salajengipun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-46267667095652527452015-03-26T13:05:00.001+07:002015-12-30T21:30:30.506+07:00Basa Rinengga<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 20px; text-align: justify;">Aksara Jawa merupakan simbol yang dapat ditemukan dalam bahasa Jawa. Aksara jawa mempunyai 20 huruf, yaitu <i>Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga Ba Tha, </i>lan <i>Nga. </i>Supaya lebih jelas bentuk simbol perhatikan dibawah ini.</span></span><br />
<span style="background-color: white;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="http://nusantaranger.com/marcapada/wp-content/uploads/2014/02/hanacaraka.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://nusantaranger.com/marcapada/wp-content/uploads/2014/02/hanacaraka.jpg" height="286" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></span></span>
<span style="background-color: white;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 20px; text-align: justify;">Bentuk font diatas meruapakn bentuk aksara jawa dasar yang dapat dirangkai menjadi kata, kalimat, dan wacana. Selain aksara jawa, ditemukan lagi huruf pasangan dari ke-20 huruf jawa tersebut. Perhatikan gambar berikut.</span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWkninFPPME4Yazt01akSUCgHs9MB_9X5MoCObPbTh5BqxHNvmiCrmYcH9vdTWh6Jti-nNgcRDJ-HSHiU5Pr5faYhlR0rrhRHb4UzdZIftqaU8Pfo94F_fCmnqN_zRb3SDk4vKaINtR4g/s1600/javanese_cons.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWkninFPPME4Yazt01akSUCgHs9MB_9X5MoCObPbTh5BqxHNvmiCrmYcH9vdTWh6Jti-nNgcRDJ-HSHiU5Pr5faYhlR0rrhRHb4UzdZIftqaU8Pfo94F_fCmnqN_zRb3SDk4vKaINtR4g/s1600/javanese_cons.gif" height="367" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></span></span>
<span style="background-color: white;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 20px; text-align: justify;">Simbol yang berwarna merah merupakan pasangan dari masing-masing ke-20 aksara jawa.</span></span>Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-10312204786054387592015-03-21T07:18:00.001+07:002015-12-30T21:30:30.502+07:00TIPS WISATA DADAKAN<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<b>TIPS WISATA DADAKAN TANPA ADA PERENCANAAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Berwisata merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dilakukan apalagi bersama dengan keluarga maupun teman. Wisata di Indonesia memiliki banyak keanegaramanannya serta apa yang ada di luar negeri sebenarnya ada di Indonesia. Tujuan wisata, yaitu ada wisata religi, wisata alam, wisata budaya, wisata air, wisata kuliner, dan berbagai jenis wisata lainnya. Wisata juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu wisata yang direncanakan dan wisata yang tidak direncanakan. Hampir kebanyakan orang wisata yang direncanakan kebanyakan gagal dan tidak jadi berangkat. Padahal, seperti yang kita ketahui wisata yang direncanakan persiapan sangat matang muali dari tempat tujuan, akomodasi, jumlah uang yang digunakan, transportasi, dan lain sebagainya. Akan tetapi wisata yang tidak direncakan selalu berhasil untuk berangkat ke tempat tujuan. Biasannya wisata yang tidak di rencanakan seseorang berangkat ke tempat wisata tetapi ad juga barang-barang yang terlupakan atau lebih parahnya lagi lupa tidak membaca uang yang cukup.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap manusia selalu memiliki pengalaman yang sangat menarik untuk diceritakan mengenai wisata yang tidak direncanakan atau biasa disebut wisata dadakan. Pada kesempatan kali ini ada suatu kisah nyata mengenai wisata dadakan. Kali ini diceritakan secara singkat dan tidak panjang lebar, yaitu wisata ke Jogja. Keberangkatan wisata ke jogja tidak mengalami perencanaan dengan matang serta hanya berbekal baju 2 buah, celana panjang 2 buah, peralatan mandi secukupnya, dan uang yang sangat minim. Awal berangkat tidak mengalami masalah karena memesan tiket kereta api tidak ada kendala tetapi ketika sampai di setasiun tugu jam 12 malam serta tidak ada kendaraan taksi dan jika ingin pergi ke hotel <i>This so far... far... a way</i> rasanya tidak mungkin jalan kaki karena banyak diantaranya tidak tahu jalan di Jogja. Sebenarnya hotel didekat stasiun tugu jogja sangat banyak tetapi pada waktu itu hampir semuanya penuh dan ada juga hotel yang kosong tetapi <i>The cost is very... very... expensive. </i>Alhasil, semuanya dengan sangat terpaksa tidur di pinggiran jalan dan jam pukul dua malam pindah di peron stasiun kereta api lalu tidur di kursi secara bergantian. Dari beberapa kisah singkat tersebut kita ketahui kendala wisata dadakan lebih besar daripada wisata yang direncanakan. Pengalam tersebut dapat diketahu beberapa tips menarik untuk pembaca supaya dalam melakukan wisata dadakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perlu kalian ketahui dalam wisata ada 6 kata kunci yang harus dipegang, yaitu uang, barang pribadi, penginapan, Transportasi, Tujuan wisata, dan perlengkapan pendukung wisata. Akan tetapi hal tersebut ada yang lebih penting lagi dari keenam kunci wisata, yaitu uang, barang pribadi, transportasi, dan penginapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Uang</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Siapa sih yang tidak mengal uang baik bentuk rupiah atau dolar. Terkadang ada beberapa orang tidak begitu menghiraukan kalau wisata tidak butuh uang dan kalau uang habis kita bisa ngamen di jalanan. Hal itu bisa ditrima akan tetapi berwisata harus siap yang namanya uang. Jika wisata hanya di daerah tempat tinggal mungkin tidak memerluhkan uang banyak atau bahkan tidak usah membawa uang hanya untuk melihat pemandangan saja. Hal itu berbeda dengan wisata keluar kota atau keluar negeri. Oleh sebab itu, sebelum wisata persiapkan uang dengan sebaik-baiknya dan bagilah uang tersebut ke dalam 3 tempat supaya aman. Lebih jelasnya saya beri contoh, Ada uang 1 juta untuk pergi wisata. 500 ribu taruhlah di ATM anda, 300 ribu bawalah dan tempatkan di dompet atau saku anda, dan 200 ribu taruhlah di dalam tas atau selipkan di kaus kaki. Uang pertama sebagai cadangan, uang kedua sebagai keperluan, dan uang ketiga sebagai darurat. Cara tersebut didapat dari pengalaman orang-orang disekitar ketika orang tersebut juga mengalami kejadian serupa, yaitu wisata dadakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Barang Pribadi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Barang pribadi menjadi objek vital karena menyangkut keperluan dan perlengkapan diri sendiri. Wisata dadakan selain membawa uang dalam jumlah wajar ada beberapa barang pribadi yang harus dibawa. Ingat barang pribadi meliputi pakaian, obat-obatan baik dari resep dokter maupun tidak, serta barang-barang lain yang dianggap sangat penting. Untuk menghemat ransel ketika traveling ada tips yang bisa kita pakai. Ingat rumus tiga sangat berguna, yaitu (1) pakaian yang dipakai, (2) pakaian ganti, (3) pakaian cadangan. Jadi kalau membawa pakaian cukup membawa 3 baju, 1 celana panjang, 1 celana pendek. Kenapa membawa pakaian minim sekali karena ketika di tempat wisata keinginan kita membeli berbagai baju di tempat wisata untuk kenang-kenangan pasti akan beli. Perlu diketahui di Joga untuk membeli pakaian atau makanan apapun disana sangat murah terutama di Marlioboro karena barang yang hendak kita beli dapat ditawar sehingga dapat harga yang sesuai kantong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Transportasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Transportasi tidak begitu vital tetapi untuk mengetahi transportasi apa yang digunakan dan tujuannya kemana itu merupakan unsur yang sangat vital. Di kota Jogja terdapat bis TransJogja yang masing-masing memiliki kode jalur serta setiap kode jalur memiliki tujuan. Dibawah ini contoh rute TransJogja jika tidak ingin kesasar gara-gara salah naik bis.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><b>Jalur 1A</b> : Terminal Prambanan - Jl. Adisucipto - Kalasan - Bandara Adisucipto - Maguwoharjo - Janti (lewat bawah) - Jl. Solo - UIN Kalijaga - Demangan - Gramedia - Jl. Sudirman - Tugu - Stasiun Tugu - Jl. Malioboro - Jl. A. Yani - Kantor Pos Besar - Jl. Sultan Agung - Gondomanan - Pasar Sentul - SGM - Jl. Kusumanegara - Gembira Loka - Babadan Gedongkuning - Jl. Janti - JEC - Blok O - Janti (lewat atas) - Jl. Adisucipto - Maguwoharjo - Bandara Adisucipto - Kalasan - Terminal Prambanan.</li>
</ul>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><b>Jalur 1B</b> : Terminal Prambanan – Jl. Adisucipto - Kalasan – Bandara Adisucipto – Maguwoharjo – Janti (lewat bawah) Jl. Janti – Blok O – JEC - Babadan Gedongkuning – Jl. Kusumanegara - Gembira Loka – Jl. Sultan Agung - SGM – Pasar Sentul - Gondomanan – Kantor Pos Besar - Jl. KH. Ahmad Dahlan - RS. PKU Muhammadiyah – Jl. Bhayangkara - Pasar Kembang - Badran – Jl. Kyai Mojo - Bundaran SAMSAT – Pingit – Tugu – Jl. Cik Ditiro - Gramedia – Bundaran UGM – Colombo – Jl. Gejayan - Jl. Solo - Demangan – UIN Sunan Kalijaga – Janti – Jl. Adisucipto - Maguwoharjo – Bandra Adisucipto – Kalasan – Terminal Prambanan.</li>
</ul>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><b>Jalur 2A</b> : Terminal Jombor - JL. AM. Sangaji - Monjali - Tugu - Stasiun Tugu - Malioboro - Jl. A. Yani - Kantor Pos Besar - Gondomanan - Jl. Katamso - Jokteng Wetan - Tungkak - Jl. Kol. Sugiono - Gambiran - Jl. Supeno - Basen - Rejowinangun - Jl. Gedongkuning - Babadan Gedongkuning - Jl. Kusumanegara - Gembira Loka - S4. SGM - Cendana - Jl. Sutomo - Mandala Krida - Gayam - Flyover Lempuyangan - Kridosono - Jl. Sudirman - Duta Wacana - Jl. Cik Ditiro - Galeria - Gramedia - Bunderan UGM - Colombo - Jl. Gejayan - Terminal Condongcatur - Ring Road Utara - Kentungan - Monjali - Terminal Jombor.</li>
</ul>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><b>Jalur 2B</b> : Terminal Jombor – Ring Road Utara - Monjali – Kentungan – Terminal Condong Catur – Colombo – Bundaran UGM – Jl. Cik Ditiro - Gramedia – Kridosono – Duta Wacana - Fly-over Lempuyangan - Jl. Sutomo - Gayam – Mandala Krida – Cendana – Jl. Kusumanegara - SGM – Gembiraloka – Jl. Gedongkuning - Babadan Gedongkuning – Jl. Menteri Supeno - Rejowinangun – Jl. Kol. Sugiono - Basen – Tungkak – Joktengwetan – JL. Katamso - Gondomanan – Kantor Pos Besar – Jl. KH. Ahmad Dahlan - RS PKU Muhammadiyah – Jl. Letjen Suprapto - Ngabean – Wirobrajan – BPK – Badran – Jl. Kyai Mojo - Bundaran SAMSAT – Pingit – Tugu – Jl. AM. Sangaji - Monjali – Terminal Jombor.</li>
</ul>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><b>Jalur 3A</b> : Terminal Giwangan – Tegalgendu – HS-Silver – Jl. Nyi Pembayun - Pegadaian Kotagede – Basen – Rejowinangun – Jl. Gedong Kuning - Babadan Gedongkuning – JEC - Blok O – Janti (lewat atas) – Jl. Adisucipto - Maguwoharjo - Bandara Adisucipto - Maguwoharjo – Ringroad Utara – Terminal Condongcatur – Kentungan – Jl. Kaliurang - MM UGM - Mirota Kampus – Gondolayu – Tugu – Jl. Kyai Mojo - Pingit – Bundaran SAMSAT - Badran – PasarKembang – Stasiun TUGU - Malioboro – Jl. Ahmad Yani - Kantor Pos Besar – Jl. Ahmad Dahlan - RS PKU Muhammadiyah – Ngabean – JL. Letjen. Haryono - Jokteng Kulon – Plengkung Gading - Jl. Mayjen. Sutoyo - Jokteng Wetan – Jl. Kol. Sugiono - Tungkak – Wirosaban – Jl. Surogaten - Tegalgendu – Jl. Gambiran - Terminal Giwangan.</li>
</ul>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><b>Jalur 3B</b> : Terminal Giwangan – Jl. Gambiran - Tegalgendu - Jl. Kol. Sugiono - Wirosaban – Tungkak – Jl. Mayjen. Sutoyo - Jokteng Wetan – Plengkung Gading - Jl. Letjen. Haryono - Jokteng Kulon – Ngabean – Jl. Ahmad Dahlan - RS PKU Muhammadiyah – Jl. Bhayangkara - Pasar Kembang – Badran – Jl. Kyai Mojo - Bundaran SAMSAT – Pingit – Tugu – Jl. C. Simanjutak - Gondolayu – Jl. Kaliurang - Mirota Kampus – MM UGM - Ring Road Utara - Kentungan – Terminal Condong Catur – Ringroad Utara – Jl. Adisucipto - Maguwoharjo – Bandara Adisucipto – Maguwoharjo – Janti (lewat bawah) – Blok O – JEC - Jl. Gedongkuning - Babadan Gedongkuning – Rejowinangun – Basen – Pegadaian Kotagede – Jl.Nyi Pembayun - HS-Silver – Tegalgendu – Terminal Giwangan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diatas telah disajikan secara lengkap jalur bis TransJogja beserta kode jalur dan rute yang dilalui bis tersebut. Beberapa tahun lalu harga tiket naik bis sangat murah, yaitu 3000 rupiah meskipun rutenya jauh seperti dari marlioboro ke Prambanan. Untuk tahun 2015 harga tiketnya mungkin sekitar 3000-4000 rupiah. Tetapi meskipun begitu sangat terjangkau. Ingat, lihatlah rute transportasi tersebut lalu tentukan jenis transportasi yang menurut anda sangat nyaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penginapan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk masalah penginapan memang tidak bisa dianggap remeh terlebih lagi jika ingin pergi wisata dadakan. Jika tidak membutuhkan penginapan anda semua bisa tidur di pinggir jalan ataupun tidur di mana saja dan pertanyaanya maukah kamu seperti itu?. Ada beberapa orang yang menjawab <i>It's Ok no problem </i>ada juga yang menjawab <i>Oh no. We must go to the hotel or losmen.</i> Jadi, anda tinggal pilih saja. Perlu diketahui ketika anda ingin wisata ke Jogja jangan kawatir dengan harga hotel disana. Di kota Jogja banyak sekali hotel yang sangat murah dengan fasilitas memuaskan. Beberapa contoh berikut. Ada hotel dengan harga sekitar Rp 50.000 - 65.000 mendapatkan fasilitas makan pagi, kamar mandi didalam, ada tempat olah raga, dan mendapatkan minum gratis. Ada juga beberapa hotel yang harganya Rp 60.000 kebawah dengan fasilitas terbatas. Ada juga hotel dengan harga kisaran Rp 200.000 - 1 juta dengan fasilitas maksimal dan sangat nyaman. Jadi, anda tinggal pilih. Tidak hanya di kota Jogja saja tetapi di tempat lain juga ada seperti di kota-kota besar ada penginapan murah. So, anda semua tinggal pilih menurut domet anda dan kenyamanan anda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wisata hal-hal yang perlu diperhatiakn, yaitu tentang uang yang dimiliki, barang pribadi, transportasi, dan penginapan. Keempat hal tersebut merupakan objek vital yang harus diperhatikan. Jika memilih keempat pilihan tersebut yang paling ekstra vital yaitu di uang yang dimiliki serta barang pribadi. Jadi, tips diatas dapat dimanfaatkan sebagai acuan jika ingin wisata dadakan tanpa direncanakan. Jika ada tambaha dari pembaca <i>Please share with me</i> supaya bisa menjadi bahan bacaan bagi para traveler.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-69754552429951207212015-03-19T11:23:00.000+07:002016-01-10T18:30:14.739+07:00CARA MENYEMBUHKAN PENYAKIT<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<b>CARA MENYEMBUHKAN PENYAKIT TANPA OBAT</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehat dan sakit merupakan satu kata yang bertolak belakang mengenai tujuan kata tersebut. Artinya, bahwa sehat selalu menjadi idaman bagi semua orang sedangkan sakit selalu dihindari seseorang. Hal tersebut sangat wajar mengingat pepatah yang berkata, "Sehat mahal harganya". Pada kesempatan kali ini ada berbagai cara menyembuhkan penyakit tanpa obat. Obat yang dimaksud adalah obat dari bahan kimia bukan obat herbal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara garis besar, penyakit berasal dari lingkungan yang kotor ataupun dari lingkungan alam yang tidak terduga. Musim pancaroba atau musim peralihan dari musim hujan ke musim panas atau sebaliknya terjadi fase orang sakit. Artinya, pada musim pancaroba banyak sekali orang sakit. Contohnya sakit panas, batuk, dan pilek. Perlu diketahui bahwa asal penyakit sebenarnya bukan dari lingkungan tetapi penyakit dari diri manusia sendiri. Lingkungan belum tentu membawa dampak penyakit. Sebagai contoh ada 2 seorang anak balita yang mempunyai nama si A dan si B. si A sejak kecil oleh orang tuanya dibiarkan bermain disaat hujan-hujan sedangkan si B sejak kecil dilarang oleh orang tuanya untuk tidak bermain disaat kondisi hujan supaya si anak tidak sakit-sakitan. Tanggapan tersebut salah besar. Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan, anak sejak kecil dilatih untuk bermain dengan hujan-hujan mungkin beberapa kali sakit panas tetapi lambat laun si anak tidak gampang sakit-sakitan karena tubuh sudah bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ekstrim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuh manusia memiliki imun tersendiri yang berguna untuk mengobati diri sendiri dikala manusia itu sakit. Ada suatu kisah nyata bahwa ada anak mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan di luar ruangan. Suatu ketika, dalam dua hari mahasiswa tersebut sakit panas dan sudah dilakukan cek temperatur suhu tubuh 37-38 derajat celcius. Suatu ketika mahasiswa tersebut tidak memiliki uang untuk mebeli obat penurun panas. Pada malam hari anak muda tersebut nekat pergi jalan-jalan dengan kondisi badan panas. Anak tersebut jalan-jalan malam yang udaranya lumayan dingin. Jalan-jalannya lumayan lama sekitar 2 jam lebih. Akhirnya, anak muda tersebut sudah senang dan puas lalu kembali dia ke dalam tempat kosannya. Ketika membuka jaketnya lalu mengalami kejadian aneh. Tubuh yang semula panas setelah pulang dari jalan-jalan lalu hilang panasnya. Anak muda tersebut mencoba mengetes temperatur tubuh dan hasilnya normal. Anak muda tersebut lalu pergi cuci tangan dan kaki lalu pergi tidur. Besuknya anak muda tersebut sembuh total.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari cerita diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit sebenarnya berasal dari pikiran manusia bukan dari lingkungan. Jadi ketika sakit cobalah untuk menyenangkan pikiran dan memiliki tekad ingin sembuh. Alhasil anda pasti sembuh. Ingat ini hanyalah sebuah pengalaman yang mungkin dapat dijadikan acuan untuk ditiru. Jika anda memang sembuh dengan cara minum obat dari resep dokter, lakukanlah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-47228529372289040222015-03-19T10:23:00.000+07:002015-03-19T12:41:11.483+07:00KATA KAJIAN DAN KATA POPULER<div style="text-align: center;">
<b>KATA KAJIAN DAN KATA POPULER</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum mempelajari suatu <i>kata</i>, kita akan mempelajari pengertian <i>kata</i>. <b>Kata</b> merupakan kumpulan beberapa huruf (a-z) yang dirangkai sedemikian rupa sehingga memiliki makna tertentu. Menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Kata juga dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang berdiri sendiri (morfem tunggal). Contoh: (1) adat, (2) asli, (3) makan pagi. Contoh (1) dan (2) terdiri dari 1 kata yaitu <i>adat</i> dan <i>asli</i> sedangkan contoh (3) terdiri dari dua kata yaitu <i>makan pagi</i>. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kita selalu mengenal jenis-jenis kata, diantarannya terdapat kata kajian dan kata populer. Supaya lebih jelas dalam mempelajari kata kajian dan kata populer dijelaskan sebagai berikut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kata kajian</b> merupakan kata ilmiah yang biasa digunakan dalam kalangan pelajar, pertemuan resmi, perkuliahan, dan diskusi ilmiah. Kata ilmiah biasanya sulit dipahami jika kita mempunyai kosa kata yang sedikit. Meskipun demikian, hal tersebut dapat kita atasi dengan cara bantuan sebuah kamus untuk mengetahui arti dari kata ilmiah / kata kajian tersebut. Contoh kata kajian adalah: </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Harmonis</li>
<li>Formasi</li>
<li>Modern</li>
<li>Kontenporer</li>
<li>Final</li>
<li>Konsesi</li>
<li>Depresi</li>
<li>Kapitulasi </li>
<li>Konserfatif</li>
<li>dan masih banyak lagi contoh lainnya.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<b> Kata populer</b> merupakan merupakan kata yang sering dipakai atau digunakan dalam kegiatan komunikasi sehari-hari baik komunikasi antar teman sebaya atau antar keluarga, komunikasi antar lapisan dari lapisan bawah sampai lapisan atas. Perlu digaris bawahi bahwa kata populer merupakan kata untuk berkomunikasi sehari-hari. Contoh kata populer sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Sesuai</li>
<li>Susunan</li>
<li>Maju</li>
<li>Sezaman</li>
<li>akhir</li>
<li>Izin</li>
<li>Kemunduran</li>
<li>Penyerahan</li>
<li>Kolot</li>
<li>dan masih banyak lagi contoh lainnya.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulanya adalah kata kajian dapat diartikan kata ilmiah yang biasa digunakan dalam forum resmi atau para pelajar sedangkan kata populer merupakan kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sebagai bahan latihan sederhana, perhatikan soal berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk siswa SMP/MTs</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Buatlah minimal 10 kalimat yang mengandung kata kajian!</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Buatlah minimal 5 kalimat yang mengandung kata populer!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk siswa SMA/MA</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Carilah satu artikel dan satu berita yang berasal dari majalah/koran. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Coba golongkan yang termasuk kata kajian dan kata populer dengan menggunakan tabel analisis.</div>
<div style="text-align: justify;">
_______________________</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Daftar Rujukan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wibowo W. 2003. <i>Manajemen Bahasa: Pengorganisasian karangan pragmatik dalam bahasa Indonesia untuk mahasiswa dan praktisi bisnin.</i> Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.</div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-60000065025362945192015-03-18T18:55:00.002+07:002015-12-30T21:30:30.508+07:00NASIB KESENIAN KETOPRAK <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: 100%;"><b><span lang="IN">NASIB KESENIAN KETOPRAK DI LAPANGAN DUSUN SEMINANG DESA SUMBERAGUNG WATES – KEDIRI PADA ERA REFORMASI</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><b><span lang="IN"> </span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-style: italic; line-height: 150%; text-align: center;">
<br />
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">Oleh:</span><span style="font-size: 100%;"> Susie Galih Ajiningtyas</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-style: italic; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><br />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><b><span lang="IN"> </span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI),
penulis mengangkat tema penulisan karya tulis mengenai kebudayaan yaitu
“NASIB KESENIAN KETOPRAK DI LAPANGAN DUSUN SEMINANG PADA ERA REFORMASI”.
Dalam penulisan ini penulis melakukan penelitian di Dusun Seminang Desa
Sumberagung dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Alasan penulis mengambil tema mengenai kebudayaan adalah
karena keprihatinan penulis terhadap kebudayaan bangsa terutama ketoprak
yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya, Indonesia lebih
unggul di bidang keseniannya. Indonesia merupakan negara yang terkenal
kaya akan suku-suku budaya dan keseniannya. Diantara ribuan kesenian
daerah yang ada di Indonesia salah satunya adalah kesenian ketoprak.
Yang sekarang ini semakin diabaikan oleh sebagian besar masyarakat
bangsa Indonesia sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Kebudayaan adalah aset terbesar bangsa di samping kekayaan
lain yang bersifat materil. Selain itu budaya yang mencangkup kesenian
menggambarkan identitas bangsa. Seiring dengan perkembangan jaman
kesenian daerah ini semakin tergeser keberadaannya. Pesatnya laju
teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana
difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang
lebih beragam bagi masyarakat luas. </span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span style="font-size: 100%;"><b><span lang="IN"> </span></b></span><span lang="IN" style="font-size: 100%;">Ketoprak
merupakan kesenian rakyat yang berbentuk sandiwara atau drama, ketoprak
ini timbulnya pada tahun kurang lebih 1922 pada masa Mangkunegaran.
Sebagai ilustrasi diiringi gamelan yang berupa lesung, alu, kendang dan
seruling, karena cerita atau pantun-pantunnya merupakan sindiran kepada
pemerintah atau kerajaan maka kesenian ketoprak ini lalu dilarang. Namun
karena kesenian rakyat akhirnya tetap berkembang di daerah pedesaan
atau pesisiran. Setelah sampai di Yogyakarta ketoprak ini disempurnakan
dengan iringan gamelan jawa lengkap dan tema ceritanya mengambil babad
sejarah, cerita rakyat atau kerajaan sendiri. Ketoprak ini dilakukan
oleh beberapa orang menurut keperluan ceritanya. Adapun ciri khas dari
ketoprak ini dilakukan dengan dialog bahasa jawa.</span><span style="font-size: 100%;"><a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=478020558535444048" name="OLE_LINK2"></a><a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=478020558535444048" name="OLE_LINK1"><span lang="IN" style="line-height: 150%;"> </span></a></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: 100%;"><span lang="IN">Ketoprak adalah seni pertunjukan rakyat yang populer di kalangan masyarakat dan budaya <i>(Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 11).</i>
Ketoprak merupakan kesenian rakyat Jawa Tengah, namun juga bisa
ditemukan di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketoprak sudah
menjadi salah satu budaya Masyarakat Jawa Tengah dan bisa mengungguli
kesenian lainnya, seperti Srandul, Emprak dll. Asal mula ketoprak ini
terwujud dari permainan para pemuda di dusun yang sedang bermain sambil
diiringi irama lesung pada saat bulan purnama. Namun kebiasaan tersebut
kinggi menjadi salah satu budaya dan salah satu seni drama tradisional
kuno. Alat musik yang digunakan pada awalnya hanya lesung namun dalam
perkembangannya disertai pula dengan seruling, terbang, gendang, gong
dan beberapa nyanyian jawa (tembang jawa). Ketoprak jawa yang masih
menggunakan lesung tergelar sekitar tahun 1887 dan mulai diubah
instrumennya menjadi lebih lengkap pada tahun 1909. </span></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;"> </span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><b><i><span lang="IN"><br />
</span></i></b></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><b><i><span lang="IN">SEJARAH SINGKAT</span></i></b></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Lahir pada bagian terakhir pada tahun 1920-an dan
dipengaruhi oleh popularitas seni drama baraht (Tonil) yang menabjibkan.
Kesenian ketoprak berkembang mendekati kesenian wayang yang selama ini
mempengaruhi kebudayaan masa di Indonesia <i>(Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 11).</i></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Hatley, seorang sarjana Australia yang baru-baru ini
meneliti tentang ketoprak telah menulis bahwa sejak awal berdirinya
ketoprak adalah sebuah hiburan populer dari wong cilik yang sedang
berhadapan dengan ancaman-ancaman medernisasi <i>(Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 13).</i></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="font-size: 100%;">
Asal mulanya pertunjukan ketoprak menyajikan keakraban akan
kejujuran dan keaslian sebuah seni yaitu tanpa maksud-maksud komersial.
Selama masa kependudukan Jepang di Jawa (1942-1945) sandiwara ketoprak
ternyata dapat dengan sukses dimanfaatkan oleh rezim militer pada waktu
itu sebagai sebagian alat propaganda perang <i>(Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 29-31) </i></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">Sekarang
ini masyarakat Indonesia, sedang masuk dalam era reformasi. Reformasi
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar sepuluh tahun yang lalu,
dan mulai begitu popular sebagai ideologi baru sekitar sepuluh tahun
terakhir. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam
kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini
berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak
negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan
kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung
selama beberapa generasi. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">Gejala
yang juga menonjol sebagai dampak dari globalisasi informasi adalah
terjadinya perubahan budaya dalam masyarakat tradisional, yakni
perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih
terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai
dan norma sosial. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia
secara mendasar. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada
globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia
secara menyeluruh. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">Masalah
yang paling krusial dalam globalisasi adalah kenyataan bahwa
perkembangan iptek dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara
berkembang di Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu
menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang selalu khawatir akan tenggelam
dilanda arus globalisai dalam berbagai bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, termasuk kesenian kita. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">Dua
kekhawatiran ini jelas bukan tanpa alasan. Khusus dalam bidang
hiburan masa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu
sudah sedemikian terasa. Misalnya, sekarang ini setiap hari kita bisa
menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju di Amerika Serikat, Jepang, dll melalui stasiun televisi di tanah
air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui
parabola yang juga semakin banyak dimiliki masyarakat Indonesia.
Sementara itu, kesenian-kesenian populair lain yang tersaji melalui
kaset, VCD, dan laser disk yang berasal dari negara manca pun terus
mengalir di tengah-tengah kita. Fakta demikian cukup sebagai bukti
betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang
kendali dalam globalisasi budaya. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: 100%;"> </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 100%;"><b><span lang="IN">Ketoprak di Dusun Seminang</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Menurut masyarakat Dsn. Seminang, Ds. Sumbaragung, pada era
reformasi ini terjadi perubahan terhadap kebudayaan Indonesia terutama
kesenian ketoprak. Masuknya kebudayaan baru bersifat negatif terhadap
kelangsungan kebudayaan tradisional dan sangat membahayakan kebudayaan
timur. Seorang pemain ketoprak sangat prihatin sekali terhadap perubahan
budaya, sebab masyarakat kita sudah sudah mulai meninggalkan kebudayaan
bangsa dan orang tua sekarang jarang sekali memberikan pendidikan
kebudayaan terhadap anak didiknya. Selain itu masuknya teknologi yang
modern sangat mempengaruhi proses pelestarian kebudayaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Mereka juga berpendapat bahwa mereka sangat ragu sekali jika
bangsa kita mampu mempertahankan kebudayaan sebagai identitas bangsa
pada era reformasi yang yang semakin memprihatinkan. Bahkan masyarakat
sekitarnya juga sangat tidak yakin sekali kalau kesenian ketoprak akan
terus berjaya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 100%;"><b><span lang="IN">Ketoprak vs Hiburan Modern</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><b><span lang="IN"> </span></b></span><span lang="IN" style="font-size: 100%;">Hiburan
yang penuh dengan kemeriahan dan keglemoran, sekarang ini telah mampu
membutakan hati masyarakat akan kesenian daerah sepertihalnya ketoprak.
Berdasarkan hasil angket dari pertayaan “Andai ada dua pilihan hiburan
yaitu ketoprak dan huburan seperti pertunjukan band, apakah anda akan
memilih ketoprak?”. Dari 50 responden hanya ada 30% yang menjawab “ya”.
Itu berarti kesenian hanya sedikit sekali yang masih menyukainya.
Hiburan modern yang pada hakikatnya dapat merusak kebudayaan bangsa
justru sekarang ini banyak diminati. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">Kenyataan
ini sudah dapat menggambarkan akan keberadaan dan kelangsungan kesenian
ketoprak di masa yang akan datang. Dahulu kesenian ketoprak menjadi
ajang hiburan yang dengan mudahnya sering kita jumpai di televisi maupun
di pergelaran terbuka. Namun setelah pergantian orde baru ke era
reformasi kesenian rakyat ini semakin terpuruk, bahkan kini nasibnya
bagaikan di ujung duri. Peribahasa ini bermakna nasib kesenian ketoprak
saat ini sangat mengkhawatirkan. Jika kita semakin tidak mempedulikan
akan nasib ketoprak maka hal itu akan terjadi. Perlu kita ingat tentang
berita tentang reog yang menjadi salah satu kebudayaan Indonesia yang
hampir direbut oleh negara lain. Hal inilah akibat dari kelalaian
masyarakat sendiri akan reog sebagai kesenian murni ciptaan Idonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 100%;"><b><span lang="IN">Pandangan Masyarakat akan Kesenian Ketoprak</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">Semakin
hari, kian lama kebudayaan ketoprak semakin pudar, hal yang kuno dan
kurang gaul, itulah tanggapan dari anak-anak muda terhadap kesenian
ketoprak. Mereka menganggap kesenian ketoprak adalah tontonan orang tua
(nenek-nenek), yang apabila mereka menonton kesenian tersebut mereka
merasa gengsi. <b> </b>Dari rasa gengsi inilah menjadikan
kesenian ketoprak semakin dipojokkan oleh para generasi muda saat ini.
Selain tanggapan ini, mereka juga menganggap bahwa ketoprak jika dilihat
sangat kurang menyenangkan dibenak mereka. Padahal jika mengingat
perjuangan nenek moyang dahulu, nenek moyang kita sangat mati-matian
untuk memperjuangkan demi meraih suatu kesenian yang ada di Indonesia
agar dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Sebenarnya, jika kita
resapi tentang tujuan dari kesenian itu sendiri, kesenian sangat
bermanfaat dan menyenangkan bagi audiennya jika mereka mau
menyaksikannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">Di
sisi lain dari opini mereka, sebagian besar masyarakat terutama
masyarakat dari golongan religius juga berpendapat bahwa kesenian sangat
dilarang oleh agama. Padahal jika kita telusuri lagi tentang sejarah
Sunan Kalijaga masa lampau, kesenianlah yang menjadi wadah bagi beliau
dalam menyebarluaskan agama Islam melalui hasta karyanya yaitu wayang.
Mereka yang berpendapat bahwa kesenian sangat dilarang oleh agama itu
sangat salah besar sekali. Kemungkinan besar mereka tidak
mengingat-ingat kembali tentang perjuangan Islam ketika menyebarkan
ajaran agama ke seluruh dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">PEWARISAN BUDAYA . </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Berdasarkan hasil observasi di lapangan yaitu di Desa
Sumberagung, penulis mengambil subjek suatu grup kesenian ketoprak yang
dipimpin oleh Ki Koyek. Beliau berpendapat bahwa mereka semua turut
prihatin akan nasib kesenian Ketoprak di era reformasi. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Oleh sebab itu, proses pewarisan budaya suatu generasi tidak
dapat bersifat pasif dalam menerima budaya dari generasi pendahulunya.
Mereka harus aktif dalam menyaring akan masuknya kebudayaan-kebudayaan
baru seperti kebudayaan barat ke dalam kebudayaan Indonesia. Tanpa
adanya partisipasi dan kesadaran dari generasi muda itu sendiri,
kelangsungan kesenian budaya ketoprak tidak akan dapat terjamin
kelangsungannya di tanah negeri Indonesia kita tercinta ini. Kemungkinan
besar kesenian ketoprak akan punah dengan sendirinya. Tetapi dengan
masih adanya nilai dan ukuran lama dari budaya yang diterima harus
dikaji, dikupas, dan diperiksa untuk disesuaikan dengan perkembangan
jaman, dengan demikian kebudayaan akan selalu bertunas dan berkembang
dengan suburnya, tanpa merusak identitas asli budaya bangsa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 100%;">
Kesenian ketoprak tidak akan punah jika sedari dulu proses
pewarisan oleh orang-orang sebelum kita lebih menfokuskan anak didiknya
dengan lebih memperkenalkan sejarah dan deskripsi mengenai kesenian
ketoprak.</span></div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-8038899233292139592015-03-18T12:36:00.001+07:002015-03-18T12:36:44.013+07:00DRAMA RUJAK GEGER<div style="text-align: center;">
<b>RUJAK GEGER</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: center;">
<u>Pangrepto</u><i> </i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Elsa Tursina, Ferine Artamefitria Aditama, Obi Martasuganda, Refardo Gelora Krisnajaya, Tri Afriliasari, dan Youkha Suta Wira</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><b>BABAK 1</b><br />Ing desa terpencil ing Kabupaten Loro Ati. Ana urip keluarga kang sederhana, yaiku keluarga ibu Marni, bu Marni iku janda duwe anak siji ingkang kaduen jeneng Rika. Saben dina bu Marni bakulan rujak ing omahe kanggo nguripi keluargane. Rika anake bu Marni saben muleh pawiyatan ngewangi ibuke bakulan ing omah. Wektu iku pas dina Senin, isuk- isuk bu Marni sampun nyiapke bahan-bahan gawe bakulan nde omah. Saben isuk bu Marni ngutus Rika tumbas bahan-bahan sing kirang wonten toko ing njero pasar.<br /><br />Bu Marni : “Ka tumbasno tempe telung ewu ing pak Andi.”<br />Rika : “Nggih buk, ( krungune tape) pundi artane buk ?”<br />Bu Marni : “Iki lo ka duwite.”<br /><br />Rika iku bocah putri kang ayu parase lan resik atine. Nanging kekurangane, yaiku deweke kurang konsentrasi karo panggaweane lan pandengerane ora pati isa krungu. Rika diutus tumbas tempe menyang pak Andi deweke malah tumbas tape ing pak Adi.<br /><br />Rika : “Buk ibuk, iki lo tapene” (bengak-bengok nyeluk i ibuke)<br />Bu Marni : “Loh, kok tape to nduk ?”<br />Rika : “Lha jenengan wau ngutus tumbas tape to buk ?”<br />Bu Marni : “Oalah nduk nduk, tempe nduk cah ayu. Yawis ndang balik maneh kana! (karo maringi duwit nde Rika)”<br /><br />Rika mbalik tumbas tempe ning Pak Andi karo guyu kisinan ning dalan, ndelalah ndek dalan ketemu Beni kancane sekelas.<br /><br />Beni : “Hei Ka ? Arep menyang endi awakmu ?<br />Rika : “Aku apene nang pak Andi Ben tuku tempe, lha awakmu arep nang endi?”<br />Beni : “Walah padha Ka, ayo bareng nang mrana ne.”<br /><br /> Beni iku kancane Rika awit cilik, yen neng ndi ndi arek loro iku mesti bareng bareng. Sak wise tumbas tempe arek loro mau banjur muleh nyang omahe dewe dewe.<br /><br />Rika : “Bu niki tempene”<br />Bu Marni : “Oh iya nduk, yawes saiki ndang adus ndang budal sekolah”<br />Rika : “Nggeh buk”<br /><br />Rika banjur budal ing pawyatan. Rika sekolah ning SD Maburmawut 2 kabupaten Loro Ati, sing jarake karo omahe Rika lumayan adoh yaiku sekitar 3 kilo. Kaya biasane Rika budal sekolah bareng karo Beni numpak sepedah. Ing sekolah pas dina iku ana ulangan Matematika. Nanging Rika lali lak ana ulangan. Akhire deweke bingung kaya lutung kesarung.<br /><br />Rika : “Aduh piye ki. Aku durung sinau.”<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Rika nggrumel ning ati lan usrek karepe dewe. Beni sing kancane sebangku awit TK bingung pas nyawang tingkahe Rika.<br /><br />Beni : “Heh, kon iku nyapo ? Usrek wae. Aku gak isa konsentrasi iki.”<br />Rika : “Sepurone Ben, iki aku bingung. Durung sinau, gak isa jawab.”<br />Beni : “Wis wis, tenang. Ojo bingung tak kandani.”<br />Rika : “Temenan to Ben ? Matur suwun ya.”<br /><br />Karo wajah sing berwibawa Beni nawari jawaban ning Rika. Maklum Beni iku jawara matematika ing kelas.<br /><br /><b>BABAK 2</b><br />Bu Marni iku ora siji sijine bakul rujak ing Desa. ing RT sebelah ana bakul rujak ingkang terkenal karo rasane sing cetar membahana gak enak’e lan maju mundur regane. Jenenge rujak ibu Laura, bu Laura iku ibune Beni koncone Rika awit cilik. Anake kancanan nanging ibune musuhan. Bu Larua sirik karo rujake bu Marni sing rame sing tuku lan enak rasane.<br /><br />Bu Laura : “Sepi maneh sepi maneh. Iki warung apa polsek sing wong wong podo wedi arep mampir.”<br /><br />Deweke ngedumel ning ati amargo sepi warunge ora ana sing tuku. Ora suwe ana swara motor mandek ning ngarep warung.<br /><br />Tiang Jaler : “Buk ! Tumbas rujak.”<br />Bu Laura : “Nggih mas. Di dahar mriki napa di beto wangsul ?”<br />Tiang Jaler : “Di maem mriki mawon bu, kaleh kopine nggih !”<br />Bu Laura : “Nggih mas, riyen nggih.”<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Ora suwe tiang jaler mau kelar lek dahar.<br /><br />Tiang Jaler : “Buk ! Pripun to buk. Rujake jenengan kok sepet ngeten to buk.”<br />Bu Laura : “Lha pripun to mas ? Wong lak ku ngulek ya rosa lo mas, paling ya kecampur keringet titik mau.”<br /><br />Tiang jaler : “Oalah buk buk, pinten totale ?”<br />Bu Laura : “Rujake 20 rb, kopi ne 6 rb. Dadi totale 26 rb mas.”<br />Tiang jaler : “sampean iku malak apa ngrampok to bu, rujak keringet ngunu kok 20 rb, wis kopi ne pait pisan. Yawis yawis iki duwite.”<br />Bu Laura : “Wis dimasakne protes ae, ngomong ae lak gak duwe duwit mas.”<br /><br />Bu Laura iku tiange kang licik, piye amprih bati apa wae isa dilakokne. Lan krungu-krung soko ngrumpiane ibu-ibu arisan rujake bu Marni iku ora tau sepi sing tuku, lan iku gawe gregeten bu Laura.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Bu Laura : “Apa enak’e to rujak’e si Mar kuwi, padahal to enakan pooollll rujakku. Padahal ya jik ayunan aku, enoman aku, mancungan aku.”<br /><br />Deweke pegel karepe dewe.<br /><br />Bu Laura : “Hmmm, mboh piye carane aku kudu isa gawe warung rujake Mar kuwi sepi sing tuku. Tapi piye carane ya ?”<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Sifate kang ala akhire metu, deweke sirik kalian warung rujak bu Marni sing rame wong tuku. Ora suwe Beni mulih saka sekolah.<br /><br />Beni : “Assalamu’alaikum. Beni wangsul buk.”<br />Bu Laura : “...................”<br /><br />Bu Laura meneng wae ora nyauri salam anake. Beni sing nyawang ibuke iku bingung mergo ibuke iku nglamun lan ngomong-ngomong dewe. Beni banjur ngampiri ibuke lan njawil kupinge.<br /><br />Beni : “Buk ! Buk ! Buk !”<br />Bu Laura : “Hih. Apa to arek iki ? Ana apa Ben ?”<br />Beni : “Lha jenengan nglamun wae lo buk, kula salam mboten di jawab.”<br />Bu Laura : “.......”<br /><br />Bu Laura meneng wae karo nyawangi Beni. Ora suwe dewek’e duwe ide pie amprihe warunge bu Marni sepi sing tuku.<br /><br />Bu Laura : “Ben ! Sampeyan saiki tak utus tumbaso rujak ning Bu Mar ya, omahe kncomu iku lo.”<br />Beni : “Kagem napa to buk ? Awkdewe kan ya dodolan rujak to buk ?”<br />Bu Laura : “Wis to, ojo takon wae ! Ndang budal, iki duwite.”<br />Beni : “Nggih buk.”<br /><br />Ora suwe Beni teko menyang omahe warunge Rika. Lan ora sengaja sing ngedoli kuwi ya Rika.<br /><br />Rika : “Loh Ben. Ana apa ?”<br />Beni : “Anu Ka, aku di utus ibuk tumbas rujak neng kene.”<br />Rika : “Loh, ya apa ora dodolan rujak to ibukmu ? kok tumbas rujak nde kene, apa ogak enak gawe dewe ?”<br />Beni : “Mboh iku ibuku aneh temen.”<br />Rika : “Yawis, iki rujak’e. Kabeh dadi 7 rb ya.”<br />Beni : “Iya, aku balik disek ya.”<br /><br />Pas teko menyang omah Beni di kandani ibu’e.<br /><br />Bu Laura : “Ben, iki nko rujak sampean maem !<br />Beni : “Nggih buk.”<br /><br />Sakwise rujak’e di maem karo Beni, bu Laura marani Beni lan arep ngomong sesuatu.<br /><br />Bu Laura : “Ben. Ayo nyang mrene ! Ibuk arep matur.”<br />Beni : “Wonten napa buk.”<br />Bu Laura : “Piye carane sampeyan kudu akting yen weteng mu loro bar maem rujak’e Mar kuwi. Ngerti ?”<br />Beni : “Lha kok ngoten buk ? Wonten napa ? Beni mboten purun.”<br />Bu Laura : “Beni !! Sampeyan ngerti apa ora yen warunge awkdewe iki sepi ora ana sing tumbas. Kabeh wong wong podo tumbas ning warunge koncomu iku. Carane ngene awakedewe bangkrut.!”<br />Beni : “Kula mboten purun buk, Rika niku rencang kula ket alit, mboten saget ngefitnah Rika kula buk.” ( karo mbrebes arep nangis )<br />Bu Laura : “Beni !! Sampeyan pilih ndi ? Ora tak paringi sangu sekolah apa manut ibuk’e ?”<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Beni langsung ngalih ning kamar karo nangis. Sesok’e, Beni ora mlebu sekolah amargo printah saka ibuk’e.,<br /><br /><b>BABAK 3</b><br />Bu Laura banjur marani pak RT lan rame-rame ngajak warga ing warunge Bu Marni. Amargo fitnahan bu Laura sing ngefitnah yen rujak’e bu Marni racunen.<br /><br />Bu Laura : “( ndodog lawange Bu Marni ) Heh! Metu we Marni! Dloken anakku Beni! Kok apakne kok sajake wetenge lara! “<br />Bu Marni :“( kaget lan metu soko omah) Astaghfirullah wonten nopo niki buk (bingung ndelok bu Laura sing nesu - nesu)“<br />Bu Laura :” Halah rasah nggaya ora eroh, aku ngerti sajake rujakmu racunen to! Dloken anakku Beni wetenge loro!”<br />Bu Marni : “ Astaghfirullah bu mboten bu mboten, rujak kulo mboten wonten racune, saestu bu, sumpah!”<br />Bu Laura : “ Alalalala rasah ngapusi, mlebu neraka kapok kowe mengko! “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
warunge bu Marni di tutup karo warga lan pak RT. Semenjak iku warunge bu Laura rame sing tuku. Lan Bu Marni mung pasrah karo tuduhan iku. Rika sing sajake ora percoyo karo fitnahan warga takok dewe karo Beni ing sekolah.<br /><br />Rika : “ Ben Beni (nimbali Beni) “<br />Beni : “ Dalem Rik enek apa? “<br />Rika : “ Ben temenan to weteng mu lara amarga rujake ibukku, jawaben jujur Ben”<br />Beni : “ Jujur Rik kui cuma fitnahane ibukku aku dikongkon ibukku lara weteng supoyo rujake ibukmu gak laris maneh, aku nyuwun ngapuro ya Rik ”<br />Rika : ” iya Ben tak ngapuro nanging aku temenan kecewa karo ibukmu kok tego temenan ibukmu Ben karo ibukku”<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Akhire Rika ngerti ceritane sing bener, muleh sekolah banjur langsung cerita karo pak RT lan ibukke. Semenjak iku Warunge bu Marni mbalik rame lan warunge bu Laura suwi suwi malih sepi, sak wis e kejadian iku bu Laura gak dipercoyo warga maneh.<br /></div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-64502514352070139682015-03-18T12:13:00.000+07:002015-03-18T12:13:55.331+07:00DRAMA DINA SIAL<br />
<div style="text-align: center;">
<b>DINA SIAL‘E DINDA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<u>Pangrepto</u><b> </b></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Dinda Afriana, Dwifi Aprillia, Naufal Ghani, Niken Puspasari, Shafira Kurnia, lan Wita Puspita </i></div>
<br />
Ing sawijining dino ing sekolah menengah atas negeri bangsal . Wita sengojo melbu isuk jam 6.10 ben isa nggarap tugas Matematika.<br />
<br />
Syasa : Ken, tugas mu wes gung ?<br />
Niken : Tugas apa ?<br />
Syasa : Tugas Matematika halam 12<br />
Niken : Ugung, hehehe. dinda nde bengi omong jarene ora usah di garap ae, gurune apikan kok.<br />
Syasa : wes kon iki, aiya garap bareng<br />
Niken : masalah'e aku gak isa eg sa, aku sik gung paham <br />
Syasa : trus iyak apa iki, aku ya ora isa ken, mangkane aku teko luwih isuk, ben isa nggarap. sing penting kan awake dhewe isa disik.<br />
<br />
Selajengipun dwifi teko.<br />
<br />
Niken : kuwi loh dwifi, takok'o bocah'e wes gung, biasane uwes<br />
Syasa : Dwifi , tugas matematika mu wes?<br />
Dwifi : wes sa, tp enek sing durung mergane jek gung nemu jawabane<br />
Niken : wes ora apa apa, sing penting warahono aku karo sasya.<br />
<br />
Selama iku dwifi warahi matematika niken lan wita. bel muni menunjukan jam 6.50. Kelas wes mulai akeh bocah, kecuali dinda, dinda raonok nde kelas, padahal jam pitu kurang 5 menit gerbang wes ditutup.<br />
<br />
Dwifi : kurang 5 menit ngkas pintu gerbang ditutup, dinda gak melbu ta?<br />
Niken : melbu , telat paling<br />
Shasya : cah wi mesti telat ta?<br />
Dwifi karo niken mung geleng-geleng. bel muni , tanda pelajaran ape mulai . ko adohan ketak dinda mblayu<br />
Dinda : peh .. ngertio aku mau mblayu ben gak di hukum pak jat<br />
Dwifi : Mangkane ta, Aja teko telat. Ngeneki akibate, tugas gung nggarap, telat sisan<br />
Dinda : La aku ndek wingi bengi delok film seng uapik eg fi.<br />
Dwifi : Wes, Ndang digarap tugas Matematika’e<br />
Dinda : Alah, gak usah digarap ae, kan guru ne apikan<br />
Sasya : Meskipun ngono iya digarap ta din. Ngajeni gurune.<br />
Niken : Hooh din. Engko lek awm gak munggah goro” tugas iki piye ?<br />
<br />
Ora suwe, Pak Nat rawuh ing kelas nggolek'i dinda<br />
<br />
Pak Nat : Ndi dinda ? wes telat malah mblayu. Ra ndue unggah ungguh<br />
Dinda : Goro-goro awakmu, aku maleh kenek lo.<br />
Pak Nat : Wes, awakmu tak hukum, ngeresik I jeding iki sampek resik<br />
<br />
Dinda : Nggih pak ..<br />
<br />
2 jam kemudian Garapane dinda nde jading wes bar, dinda melbu kelas.<br />
<br />
Dinda : “Assalamualaikum” (karo ngetak pintu sing banter)<br />
Bu Wit : Waalaikumsalam, bar ko ndi cah ayu? Awakmu kuwi niat sekolah apa gak? Tugas mu wes rampung nduk ?<br />
Bu wit : hehe (Karo ngguyu)<br />
Bu wit : malah ngguyu, awakmu ora nduwe sopan santun, wes telat , tugas ora nggarap. saiki awamu ora usah melbu kelas ku, metu!Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-35334365303310554782015-03-18T11:35:00.000+07:002015-03-18T11:35:06.824+07:00COWPOX<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<b>COWPOX</b></div>
<div style="text-align: center;">
(<i>naskah ujian PP IV-IPS 1982)</i></div>
<br />
Edwar Jenner was a simple country
doctor who lived in the 18th century. It was he who conquered smallpox,
the terrible disease that through the centuries had killed or disfigured
contless victims.<br />
He worked as a country doctor in
cloucestershire, one of the country districts in england. He noticed
that a milkmaid who had come to consult him had said: “i cannot catch
small pox because i have had cowpox”. Cowpox was a harmless disease
caught from cows in which the hands become covered with small boil like
pinples. Jenner was interested in this. He found that there was a strong
believe among country folk that if they had once had cowpox they could
not catc the more serious disease of small pox.<br />
For
nearly 25 years jenner worked on these ideas. He actually gave people
cowpox and found that very rarely did they afterwards get small pox.
Then on the 14th may, 1796, he carried out his famous experiment. He
infected a small boy a milkmaid. When the boy had barely recovered from
this disease, jenner infected the same boy with smallpox. As he expected
the boy did not catch the more serious and deadly disease. Thah was the beginning of vaccination which has saved, and still is saving, many thousand of lives. <i></i></div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-10798848951788947292015-03-15T12:27:00.000+07:002015-03-15T12:51:03.398+07:00DRAMA JAKA TARUB<div style="text-align: center;">
<b>JAKA TARUB</b><br />
<br />
<u>Dening</u><br />
<i>Dennis indrawan, Nawang Sari, Fifi Afnira Valentina, M. agung Prasetyo, M. ivan Ramadhan, Salma Sekarpertiwi, lan Selly Tamara </i></div>
<br />
<br />
<b>1</b><br />
Para Nawang lagi guneman ing kahyangan. Dheweke mudun saka kahyangan arep adus ing bumi.<br />
<br />
Nawang Sekar : “Ayo para dulur, dolan menyang bumi.”<br />
Nawang Lintang : “Wah...ayo. nanging dolan ing ngendi?”<br />
Nawang Sari : “Aku duwe ide, ayo adus ing sumber”<br />
Nawang Wulan, Lintang, Sekar : “(nggawa slendhange) Ayo....”<br />
Nawang Sekar : “Wah...seger tenan banyune.”<br />
Nawang Sari : “Iya, bening banget”<br />
Jaka Tarub : “(intip-intip) Wah...sapa kuwi? Ayu tenan rupane.”<br />
Jaka Tarub : “Wah...slendhang endi sing arep dakjupuk? Iki wae wes.”<br />
<br />
Rada suwe, para Nawang mentas saka sumber. Para Nawang njupuk slendhang dewe-dewe.<br />
<br />
Nawang Sari : “Ayo padha mentas, langit wis arep peteng”<br />
Nawang Sekar : “Ayo bali, sesuk menyang kene maneh”<br />
Nawang Wulan : “(bingung tolah-toleh) Lho... ngendi slendhangku?”<br />
Nawang Lintang : “Iku mau kowe seleh ngendi?”<br />
Nawang Wulan : “(nuding watu gedhe) Ing watu gedhe kuwi, bareng mbakyu kabeh”<br />
Nawang Sari : “Apa ana manungsa liwat lan njupuk slendhangmu Nawang Wulan?”<br />
Nawnag Lintang : “Aku ora ndeleng ana manungsa liwat.”<br />
Nawang Sekar : “Piye iki, langit wis arep peteng.”<br />
Nawang Sari : “Iyo, yen ora ndang bali kahyangan bakal ditutup”<br />
Nawang Lintang : “Yen ngono, kowe ing kene wae, golekana slendhangmu. Yen wis ketemu kita bakal nyusul kowe”<br />
Nawang Wulan : “Inggih, Mbakyu.”<br />
Nawang Sari : “Ya wes ati-ati, Nawang Wulan.”<br />
<br />
Para Nawang mulih menyang kahyangan. Jaka Tarub teka lan nyedeki Nawang Wulan.<br />
<br />
Nawang Wulan : “(susah ) Ana ngendi slendhangku ya?”<br />
Jaka Tarub : “Geneya kowe kok sedhih banget?”<br />
Nawang Wulan : “Aku kelangan slendhang, apa kowe ngerti?”<br />
Jaka Tarub : “Aku ora ngerti. Aku Jaka tarub, omahku ana ing desa kulon. Sapa jenengmu?”<br />
Nawang Wulan : “Aku Wulan, aku kesasar ana ing kene lan arep nggoleki slendhangku”<br />
Jaka Tarub : “Yen kowe gelem, kowe oleh nginep ing omahku. Sesuk isuk dakrewangi nggoleki slendhangmu kuwi”<br />
Nawang Wulan : “Wah...matur suwun Jaka Tarub”<br />
<br />
<b>2</b><br />
Seminggu Nawang Wulan ana ing omahe Jaka Tarub lan dheweke isih ora nemokake slendhang iku. Sanalika, Jaka Tarub kesemsem marang Nawang Wulan. Dheweke nglamar lan rabi karo Nawang Wulan.<br />
<br />
Jaka Tarub : “Dinda, Akang budal menyang alas sek ya!”<br />
Nawang Wulan : “Iya, Kang. Mengko Dinda cepakake lawuh sing enak”<br />
<br />
Ing pawon Nawang Wulan arep adang sega gawe Jaka Tarub. Ora sengaja Nawang Wulan nemokake slendhange ing njero wadah beras. Dheweke kaget lan nangis.<br />
<br />
Nawang Wulan : “(nangis) Apa iki ana hubungane karo Kang Jaka?”<br />
Jaka Tarub : “Ana apa, Dinda?”<br />
Nawang Wulan : “(nduduhake slendhange) Apa iki ana hubungane karo Kakang?”<br />
Jaka Tarub : “Dinda, Akang njaluk sepuro. Kakang ora ana niat elek. Iku kabeh amarga Kakang tresna karo Dinda!”<br />
Nawang Wulan : “Sepurane, Kang. Dinda bakal bali menyang kahyangan. Dinda ora bisa ing kene terus”<br />
<br />
<b>3</b><br />
Para Nawang ing kahyangan duwe pratanda yen slendhange Nawang Wulan wis ketemu. Dheweke mudun ing bumi nyusul Nawang Wulan.<br />
<br />
Nawang Lintang : “Dulur, batinku ngomong yen Nawang Wulan butuh pitulungan”<br />
Nawang Sari : “Ayo dulur, mudun menyang bumi nyusul Nawang Wulan”<br />
Nawang Sekar : “Ayo, aku khawatir marang Nawang Wulan.”<br />
<br />
<b>4</b><br />
Ing sumber, Nawang Wulan lan sadulure bali menyang kahyangan.<br />
<br />
Nawang Sari : “Nawang Wulan, ayo kowe bali.”<br />
Nawang Lintang : “Kowe aja percaya marang manungsa kuwi”<br />
Nawang Sekar : “Ayo dulurku”<br />
Nawang Wulan : “Inggih mbakyu”<br />
Jaka Tarub : “(nangis) Dinda, kowe aja bali”<br />
<br />
Akhire Nawang Wulan mutusake ninggalne Jaka Tarub sing wis ngapusi deweke lan mulih menyang kahyangan dipapak dulur-dulure.Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-76646248691138676502015-03-15T11:24:00.001+07:002015-03-15T11:24:42.388+07:00DRAMA MBOLOS SEKOLAH<div style="text-align: center;">
<b>MBOLOS SEKOLAH</b><br /><u> </u></div>
<div style="text-align: center;">
<u>Pangrepto</u><i><br />Annisa Rahma , Aula Putri Anindya, Mia Rosyda, Rifqi Nursakti, Safira Nur S, lan Nizar Zulmi</i></div>
<br />Ing sawijining injing tabuh 07.30, kahanan sekolah wis anyak sepi amarga kabeh siswa wis mlebu kelas. Lawang kori sekolah wis arepe ditutup. <br /><br />Rifqi : “Pak...Pak...sek Pak, ojo ditutup sek.” (Rifqi mbengok karo mlbayu nyang lawang kori) <br />P. Satpam : “Awakmu neh? Jam pira iki, jam semene tas teko?” <br />Rifqi : “Ngapunten pak, kula kawanen, tulung njenengan bukaaken lawangipun pak, please!” <br /><br />Dumadakan teka kancane sekelas, yaiku Annisa sing nang esuk kuwi uga teka telat.<br /><br />Annisa : “Sek...Sek...ngenteni, ojo ditutup pak.”<br />P. Satpam : “Awakmu yo teka telat, ora nduwe jam apa piye neng omah?” <br />Annisa : “Ngapunten pak, kulo tak mlebet pak, sepisan niki wae, please pak!” <br /><br />Rifqi lan Annisa sethithik memelas ben bisa diwenehi ijin mlebu saka Pak Satpam. <br /><br />P. Satpam : “Ya wis ya wis, mlebu kono, ning awas, aja dibaleni meneh, mengko aku diseneni kepala sekolah.” <br />Rifqi & Annisa : “Nggih pak.”<br /><br />Neng tengah dalan mlebu kelas sing manggon neng lantai loro, dheweke kabeh sethithik nglakoake pacelathon. Annisa sing wedi yen diseneni gurune mlakune cepet-cepet banget, nanging Rifqi malah enek-enak lan nyantai. Dumadakan Rifqi malah mbujuk-mbujuki Annisa ben ora mlebu kelas pisan wae. <br /><br />Rifqi : “Nyantai ae lho sa, ora usah cepet-cepet mlakune, ojo kayak diuber setan.”<br />Annisa : “Yah, awakmu iku, wes telat isih isa ngomong nyantai.”<br />Rifqi : “Sa, saiki jam pira? “<br />Annisa : “Jam 07. 45 menit, iki wayahe Bahasa Indonesia.”<br />Rifqi : “Wah, meh telat sakjam awake dhewe.”<br />Annisa : “Lhah, kuwi awakmu ngerti.”<br />Rifqi : “Aku nduwe ide Sa, piye lek awake dhewe mbolos wae, ora usah melu pelajaran.”<br />Annisa : “Ah....ngawur awakmu’i, emoh-emoh.”<br />Rifqi : “Yaelah awakmu, kaku banget, emang awakmu pengen oleh hukuman <br /> teka Bu Lista guru Bahasa Indonesiane awake dhewe? Emang awakmu <br /> gelem disoraki karo cah-cah gara-gara awake dhewe distrap neng ngarep kelas?”<br />Annisa : “Hmmmm....iya sih, yo emoh aku.”<br />Rifqi : “Ya wes, mendingan awakmu melu aku wae menyang kantin, karo nunggu pelajaran mari, <br /> mending njajan wae dhisik....hehehe .”<br />Annisa : “Yowislah, aku yo durung sarapan soale, ning awakmu sing traktir ya?”<br />Rifqi : “Iya wes, gampang kui.”<br /><br />Akhire dheweke kabeh luwih mileh kanggo menyang kantin ketimbang kudu mleboni kelas. Karo ndhelik-ndhelik, dheweke kabeh mlaku menyang arah kantin lan pas wis nganti ing ngarep kantin, bocahe konangan karo Bu Sa’adah (guru BP) neng ngarep tangga. Pas panggonane kantin kui sandingan karo tangga ngge menyang lantai loro.<br /><br />Bu Sa’adah : “Ehmm....sampeyan sampeyan iki arep nyang ndi, kok nggawa tas?”<br />Rifqi : “Eh..ibu, anu Bu, kita badhe menyang toilet.” (karo sok akrab) <br />Annisa : “Nggih..Bu...hehe.” <br />Bu Sa’adah : “Emang menyang toilet kudu gawa tas ya? Aja ngapusi kowe, aku ngerti kowe <br /> arep bolos mlebu kelas ta? <br />Annisa : “Piye to we’i. (suara alon karo menyenggol awak Radit karo pundhak) <br />Bu Mariska : “Nyapo gak mlebu? <br />Annisa : “Kita telat Bu? <br />Bu Mariska : “Wis ngerti telat, terus kowe arep bolos menyang kantin? pelajaran apa kowe saiki? <br />Rifqi : “Bahasa Indonesia, Bu. Gurunipun galak.”<br />Bu Sa’adah : “Wis ngerti galak, nyapa kok nggawe gara-gara?”<br />Rifqi : “Kita mboten sengaja telat bu, nanging tangine kawanan.”<br />Bu Sa’adah : “Sing liya ae bisa tangi esuk, masa kowe ora isa? <br />Annisa : “Saget bu, nanging wingi dhalu kula asik dolinan game online, mekaten kula tilem dhalu<br /> banget.”<br />Rifqi : “Bener bu, kulo enggeh ngoten.”<br />Bu Sa’adah : “Ya wis, ayo tak terne mlebu kelas.” <br />Rifqi : “Yah, Bu, mengke kita kenek hukuman.” <br />Bu Sa’adah : “Ya kuwi resikomu cah bagus, makane kudu ngerti wayah. Kapan wayahe sinau, kapan<br /> wayahe dolanan game, kapan wayahe turu.” <br />Annisa : “Nggih bu, ngapunten.”<br /><br />Akhire, dheweke kabeh diterne Bu Sa’adah menyang kelas. Ing ngarep lawang kelas.<br /><br />Thok...thok...thok.<br />Bu Sa’adah : “Bu, niki kulo semerep lare kaleh niki, dheweke arep bolos menyang kantin.” <br />Bu Lista : “Hmm, sampeyan kabeh, gawe gara-gara wae.”<br />Annisa : “Ngapunten bu, niki idene Rifqi.”<br />Rifqi : “Ah..awakmui.”<br />Bu Sa’adah : “Nggih pun Bu, kulo pamit riyen badhe wonten urusan. Monggo, Bu.”<br />Bu List : “Nggih, Bu. Monggo. Yo wis tak ijini sampeyan kabeh mlebu, ning sampeyan tak hukum <br /> dhisik.”<br />Annisa : “Yah...Bu.”<br />Bu Lista : “Push up ping 35.”<br />Rifqi : “Mboten kekathahen, Bu?”<br />Bu Lista : “Cepet, gak usah ngenyang.”<br /><br />Karo sorakan saka kanca-kancane, akhire dheweke kabeh bar nglakokake hukuman sing diwenehi Bu Lista lan dheweke kabeh sadar yen kedisiplinan kui penting banget mulane dheweke janji ora bakal telat maneh.<br /><br />Bu Lista : “Enak ta teka telat? Ayo kowe mlebu.”<br />R & A : “Matur suwun bu.”<br />Bu Lista : “Sesuk-sesuk aja dibaleni neh ya. Lek dibaleni tak pepe ing lapangan mburi. Gelem kowe?”<br />Annisa : “Mboten bu, mboten. Kula kapok.”<br />Rifqi : “Nggih, bu.”Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-39443156519164024382015-03-15T10:19:00.000+07:002015-03-15T10:19:21.793+07:00DRAMA KEKANCAN<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><b>KEKANCAN SING BUYAR PISAHAN</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><u>Pangrepto</u><i> </i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Adrian Efriza W, Almira Difa, Gloria Agung M, Joshua Ronaldo C, Ramadhina N, Retno Galuh</i></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee. Aurel, lan Mala padha kekancanan. Ning parandane, Vee lan Mala luwih cedhak amarga dekne kabeh wis kekancan ketcilik. Lagekne Aurel kekancan karo Vee lan Mala lagek 2 taunan. Nanging, dina kuwi Mala ora teka menyang sekolah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “Eh, Mala neng ndi ya ? Kok dheweke gak menyang sekolah ?”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel :”aku gak eroh. Nanginggak biyasane Mala absen. ndelalah Mala ngapa – ngapa meneh.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee :”yen ngunu, mulih sekolah mengko awake dhewe ngendangi Mala neng omahe. piye ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel :”Ehmm, nanging ngenteni dhisik. Dina iku ana ekskul PMR. dadi awake dhewe mulihe jam </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> setengah papat ( 15.30 ).”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee :”Oh iya, yen ngunu mengko wae yen ekskul PMR wes buyar, lagek awake dhewe menyang </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> omahe Mala.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel : “Ok deh.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sabuyar’e sekolah, dekne kabeh meloni ekskul PMR nganti gebug 15.30 lan cepet menyang panggon parker kendaan kanggo mulih amarga saiki jam e ekskul basket. Nanging, ing tengah dalan, dekne kebeh ndeleng sesosok prawan sing lagi ngadek neng pinggir lapang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel : “dheweke sapa ya ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “Siswa pingalihan ya?” ( nggatek ake prawan sing lagi mungkur dekne kabeh)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel :“Loh, yen dheweke siswa alihan, nyapo dheweke ana neng sekolah nang jam ekskul </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> basket ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “ora eroh. awake dhewe parani ayo !”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel : “dilut-dilut.” (suara handphone Aurel muni.)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel :”Duh, Vee, kayake aku gak bisa melu gawe ngendangi Mala. Soal e embokku telfon, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> tur dheweke kon ngancani menyang bandara gawe jemput mbah putri gue sing teka saka </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Jakarta. Sepurane ya ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee :”Huft, ya wes lah. gak apa-apa kok.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel :”yen ngunu, aku lunga dhisik ya. Vee marani prawan sing ana neng pinggir lapangan kasebut </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> kanggo njawab rasa pemasarane.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : ( ngudarasa )” Kok dheweke mirip karo Mala ya ? Mala !”, (nyeluk prawan kasebut)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala : ( malik ) “Vee ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “Loh, kowe ta? gak menyang sekolah ? ning ngapa kowe ana neng jam ekskul basket?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala : ( Nggowo serat ) “aku teka menyang kene amarga aku arep ngomongi kowe.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : ngomongi apa ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala :” aku arep ngomong matur nuwun amarga sajroneiki kowe wes becik sanget marang aku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Kowe wes gelem dadi kancaku, pangerten karo aku, lan aku uga njaluk ngapura yen aku </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> nduwe salah marang kowe.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “sak jane kowe kuwi ngapa sih La ? apa sing kok delikne saka aku ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala : ( nangis ) “aku gak ngerti apa sing kudu tak payokake gawe ngebalas kebecikanmu neng </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> turah-turah wayahku iki ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “turah-turah wayah ? ngapa kowe ngomong kayak ngunu ? Emange kowe arep neng ndi </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> La ?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala :” kowe ngerti ta yen endhasku kuwi kerep lara ? ndek ingi aku periksa menyang dokter</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> amarga aku wis gak kuwat, terus wektu kuwi uga dokter ngongkon aku gawe roncen</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> daerah sirah, lan mau esuk aku jupuk pakoleh roncene.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee :” Trus ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala ora njawab pitakonan Vee. Teras wae Vee ngrebut secarik dluwang sing mau neng genggam saka Mala.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee :”apa ? Saudari Mala Salsabila Putri positif kena lara kanker otak stadium akhir ? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> awakmu ngapusi ta La ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala :” kowe bisa ndelok dhewe ta Vee. Kuwi kabeh dudu rekayasa. urip ku dilute meneh </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> buyar. Dilute meneh aku arep ninggalin awakmu gawe sajrone kapungkur. Harapan uripku </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> wis cilik banget.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee :” gak, lo ngak oleh kandha ngunu, awake dhewe gak oleh pisah, gak oleh.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala : “ning Vee, saben ana temon, di kono uga mesti ana pisahan.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “gak, aku gak gelem La. aku gak gelem pisah karo kowe.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">ujuk-ujuk Mala merintih kelaran karo nyekeli endhase. Nuli banjur semaput.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala : ( nyekeli endhase ) “Aw, lara. endhasku lara Vee.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “La, awakmu ngapa ? ( nyangga awak Mala sing semaput )</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> La tangi La ! tangi ! ya Tuhan, Mala ngapa ?? Toloong .... tolooong .....”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mala pun cepet digawa menyang rumah sakit. banjur, Mala cepet ditangani saka dokter becik. Vee pun telfon embok e Mala, embok Tirsani ben cepet teka ndeleng kaanan Mala.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “Halo, embok bisa teka menyang rumah sakit asih embok, gak mbok ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibu Tirsani : “arep ana apa, ndok ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “Mala semaput mbok. embok kudu menyang kene gawe ndeleng kaanan dhewek e saiki </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> kepriye.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibu Tirsani : “iya, iya. Embok mesti teka. Matur nuwun gae panuduhane ya.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee :” iya bu. padha-padha.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">sabanjur’e iku, embok Mala teka. Sakwi segenep 15 menit memeriksa kaanan Mala,akhire Dokter becik pun wis buyar meriksa. ning, raine katon ora bahagia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibu Tirsani :” Dokter, kepriye kaanan Mala ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dokter :” sadurunge aku njaluk ngapura sing sagedhe-gedhene, aku wis tandhang gawe sak isa ku, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> ning aku duduk Tuhan sing bisa ngubah dalan urip’e uwong. Apura , aku ora bisa nylamet </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> ake. Kondisine wis kritis sanget, lan sel kanker kesebut wis nyebar ke kabeh awake.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibu Tirsani : “pangarah Dokter, Mala wis sedha ?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dokter : “aku wis ngupadi bu.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “Mala, iki gak mungkin. Gak mungkin”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dokter becik pun lunga mungkur Vee lan embok Tirsani. Vee pun marani embok Tirsani sing lagi meratapi kelungan Mala.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “embok sing sabar ya . aku pitaya neng walik kabeh kedaden mesti ana hikmah e.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibu Tirsani : “matur nuwun ya, sajrone iki kowe wis mradani dina-dina Mala. Liwat kekancan sing kowe</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> jalin bareng.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “uwis bu, aku uga emang sedhih amarga kelungan Mala. ning, sega uwis dadi bubur lan </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> kabeh kuwi ora bisa bali meneh.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibu Tirsani : “Iya, kowe bener. Muga-muga wae Mala tenang neng alam kana.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “Amin...”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sesok e jenasah Mala wis nganti neng panguburan sing ana tepat neng ngarep sekolah Vee.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel : “Vee ! ( mlayu karo tergopoh-gopoh )</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> aku wis krungu saka siswa-siswa yen Mala mati amarga lelara kanker otak.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “iya. Dina iki dheweke bakal neng kuburanke.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel : “yen ngunu cepet awake dhewe menyang panguburana ndheweke (Menggenggam </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> tangan Vee )”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee :”iya, iya.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">sanganti neng panguburanan, Vee lan Aurel ndeleng embok Tirsani sing terus nangis.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : “La, ngapa sih awakmu cepet banget tinggalake aku ? aku gak arep pisah karo kowe.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aurel : “uwislah Vee, awake dhewe kudu ngrelakno kelangan Mala. Iki kabeh bok menawa uwis</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> dadi takdir Tuhan.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Vee : ( nangis karo nyawangi kijing Mala ) “La, ngapa sih awakmu kudu ninggalne aku sacepet</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> iki? awakmu lunga sadurung aku bisa gae awakmu seneng. asal awakmu ngerti La,neng </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> atiku gak ana sahabat sabecik awakmu. awakmu kuwi sahabat sejatiku, sing sanuli bisa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> nemenin aku jero dhemen utawaa duka. La, muga-muga awakmu tenang neng alam kana. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> aku harap, awakmu gak arep lalekne aku, amarga aku uga ngakarep tau lalek ne lo. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Slamet dalan ya sobat !” ( Budal lunga mungkur omah lestari duwe sahabate).</span></div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-16171097736420879162015-02-26T22:37:00.000+07:002015-02-26T22:40:36.648+07:00Ejaan dalam Berbahasa Indonesia<style>
@font-face {
font-family: "Cambria Math";
}@font-face {
font-family: "Calibri";
}p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal { margin: 0cm 0cm 10pt; line-height: 115%; font-size: 11pt; font-family: "Calibri","sans-serif"; }.MsoChpDefault { font-size: 10pt; }div.Section1 { page: Section1; }
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Mata Kuliah Dasar-Dasar Menulis</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Dalam menulis, selalu berhubungan dengan tanda baca yang disempurnakan (EYD). Berikut contoh bacaan ejaan yang benar. Perhatikan pula kata hubung, jarak spasi, bentuk huruf, kata asing dan kutipan pada contoh dibawah ini.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">BAGIAN KETIGA</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">PENGARUH TELEVISI TERHADAP ANAK-ANAK</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b><span lang="EN-US">3.1 Benarkah </span></b><b>T</b><b><span lang="EN-US">elevisi di </span></b><b>R</b><b><span lang="EN-US">umah </span></b><b>K</b><b><span lang="EN-US">ita </span></b><b>S</b><b><span lang="EN-US">ama </span></b><b>S</b><b><span lang="EN-US">ekali </span></b><b>N</b><b><span lang="EN-US">etral</span></b><b>?</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US"> Di seantero dunia, nilai-nilai spiritual, moral, dan sosial telah tererosi oleh televisi. Seluruh </span>b<span lang="EN-US">angsa seol</span>a<span lang="EN-US">h-olah tak berdaya dan sedang <i>enjoying the inva</i></span><i>sion</i><span lang="EN-US"> (menikmati serbuan televisi). Ketika orang-orang sedang tidak bekerja, mereka menggunkan waktunya untuk menonton televisi. Ketika sedang bekerja, di tempat kerja pun masih menonton televisi. Hasil teknologi yang satu ini bahkan telah berperan dalam tata arsitektur sebuah rumah dengan menambahkan <i>TV Lounge</i>, yakni sebuah ruangan dimana manusia yang banar-banar asing datang untuk mempromosikan budaya <i>nudisme, imoralitas,</i> dan <i>hidonisme</i>. Sebuah ruangan yang semakin punya power untuk mengontrol seluruh penghuni rumah tersebut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US"> TV dituduh biang kerusakan </span>k<span lang="EN-US">arena terlalu banyak menayangkan seks dan kekerasan. Namun, tahukah </span>A<span lang="EN-US">nda bahwa mereka yang mengeruk keuntungan dari <i>enterprise</i> ini melakukan dengan sengaja</span>?<span lang="EN-US"> Raja CN</span>N,<span lang="EN-US"> Ted</span> T<span lang="EN-US">urner</span>,<span lang="EN-US"> orang yang berpengaruh dalam industri pertelevisian</span>,<span lang="EN-US"> pernah berkata di depan kongres Amerika Serikat, “</span>S<span lang="EN-US">aya tidak membutuhkan </span>para<span lang="EN-US"> pakar untuk memberitahu saya bahwa banyaknya adegan kekerasan televisi </span>sekarang<span lang="EN-US"> ini dan penayangannya yang makin meningkat bisa berbahaya pada anak-anak</span>.”<span lang="EN-US"> Sebuah pooling pendapat yang dikeluarkan oleh <i>Children Now</i> melaporkan bahwa kebanyakan anak-anak percaya bahwa apa yang disaksikan di TV bisa membuat mereka berani untuk berbuat kenakalan</span>,<span lang="EN-US"> tidak menghormati orang tua, berkata bohong, dan bersikap agresif.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US"> Haryono (1999:132) menyatakan industri pertelevisian menghendaki agar pemirsa mendiskusikan agar apa yang disajikan oleh TV dan bukan mendiskusikan TV itu sendiri. Beberapar pakar pertelevisian </span>juga<span lang="EN-US"> berpendapat sama, apa yang malah belum pernah t</span>e<span lang="EN-US">rjadi sebelumnya adalah adanya sikap mayarakat yang ambivalen dalam menghadapi </span>‘<span lang="EN-US">in</span>vansi<span lang="EN-US"> yang terbesar dari segala bentuk in</span>vansi’ <i><span lang="EN-US">(the greatest of all </span></i><i>invasion</i><i><span lang="EN-US">)</span></i><span lang="EN-US"> ini. Hal ini adanya kepercayaan yang </span>sangat <span lang="EN-US">kuat bahwa TV merupakan alat yang netral yang bisa digunakan untuk kebaikan dan keburukan.</span> S<span lang="EN-US">ayangnya, asumsi ini dipertahankan tanpa pengkajian secara kritis (Kartomiharyo, 2001:45; Jehan, 2003:145</span>—<span lang="EN-US">146</span>).</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: right;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">(<span lang="EN-US">Dikutip dari <i>Harian </i></span><i>J</i><i><span lang="EN-US">awa Pos</span></i>, <span lang="EN-US">2 Desember 2007</span>)</span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Perhatikan pada judul bacaan diatas. Menulis judul harus huruf besar semua dan di blog seperti contoh: "<b>PENGARUH TELEVISI TERHADAP ANAK-ANAK</b>" dengan ukuran huruf 12pt atau 14pt, </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"> times new roman atau bisa menggunakan model huruf font arial. </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Pada subjudul, penulisannya menggunakan huruf kecil kecuali diawal kata. Contoh: "</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b><span lang="EN-US">3.1 Benarkah </span></b><b>T</b><b><span lang="EN-US">elevisi di </span></b><b>R</b><b><span lang="EN-US">umah </span></b><b>K</b><b><span lang="EN-US">ita </span></b><b>S</b><b><span lang="EN-US">ama </span></b><b>S</b><b><span lang="EN-US">ekali </span></b><b>N</b><b><span lang="EN-US">etral</span></b><b>? </b>"<b> </b>perhatikan kata 'di' pada kalimat. kata 'di' dipisah jika menyatakan tempat sepeti di rumah, di sawah, di jalan, di kampus, sedangkan kata 'di' yang digabung adalah kata 'di' yang tidak menunjukkan unsur tempat, contoh: diriku, digandeng, dicari, dilema, dll. Kalimat yang menggunakan tanda tanya (?) maupun tanda seru (!) dalam kata tidak boleh dipisah melainkan digandeng. perhatikan contoh ilustrasi dibawah ini.</span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Bolehkah saya pergi ke pantai dengan Susan? (benar)</span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Bolehkah saya pergi ke pantai dengan Susan ? (salah)</span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><br />
</span></div>
</div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-81051639645238939552014-04-08T08:50:00.000+07:002015-02-26T08:50:09.966+07:00SAKIT ANEH SANG BAGINDA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMoK82d2SHbMNPOQkZCj5qIV23f8KlsBHVqmnfXobq7JLm2hCRTJ2Di9LRWb2VUnn4-q5EF2YefFqyPf9cHxiEzwdsHm-ZBvY7MbuUC3MuC_GuYIRrT0PVg2bR_el4wDzYbZQHSnbBhUo/s1600/jadingemis-09-10-05f.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMoK82d2SHbMNPOQkZCj5qIV23f8KlsBHVqmnfXobq7JLm2hCRTJ2Di9LRWb2VUnn4-q5EF2YefFqyPf9cHxiEzwdsHm-ZBvY7MbuUC3MuC_GuYIRrT0PVg2bR_el4wDzYbZQHSnbBhUo/s1600/jadingemis-09-10-05f.jpg" height="200" width="152" /></a></div>
Narator : Disebuah negeri timur tengah, berdrilah sebuah kerajaan yang sangat besar dan megah. Tanahnya subur dan berlimpah ruah hasilnya, membuat rakyatnya hidup rukun dan sejah terah. Apalagi kerjaan itu dipimpin oleh seorang raja yang tampan dan gagah berani, membuat negeri itu aman dan damai. Saksikanlah……….!!!<br />
<br />
<b>Adegan I</b><br />
<br />
Baginda : (Sambil meletakan swendoknya dalam piringya Islu menarik nafas panjang dalam-dalam dengan tatapan matanya, yang sayup memperhatikan hidangan yang disiapkan). Permaisuriku….?<br />
<br />
Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..?<br />
<br />
Baginda : “Begini permaisuriku, perutku tersa kering dan mual-mual, rasanya mau muntah sehingga selera makanku menjadi hilang”<br />
<br />
Permaisuri : “Ma’af bagindaku, mungkin masakannya kurang enak ya?”<br />
<br />
Baginda : “Tidak permaisuriku, makananya sudah enak sekali.”<br />
<br />
Pemaisuri : (Permaisuri tidak putus asa, lau memanggil dayangnya). “Dayang….dayang, kemarilah….!<br />
<br />
Dayang : (Dengan rergesah-gesah sambil membungkukan badan). “permaisuri memanggil hamba….?”<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Pemaisuri : “Ambilkan masan jamur untuk baginda!”<br />
<br />
Dayang : “ Baiklah, hamba segera melaksanakan tittah paduka.” (sambil memebawa makanan), “ini makanan untuk paduka, permaisuri”<br />
<br />
Permaisuri : “Kembalilah danyangku. Paduka cobalah makan ini mungkin bias mengembalikan selerah makan baginda.”<br />
<br />
Baginda :(Mengambil satu sendok nasi lalu mencicipinya…..kemudian)”kauk…kuak…kuak.” (sampai muntah)<br />
<br />
Permaisuri : (Dengan tergesah-gesah). “dayang…..dayang…tolong panggilkan tabib kerajaan!”<br />
<br />
Dayang : “Ia permaisuri (dengan tergesah-gesah dayang keluar dari ruangan itu dan memanggil tabib. Kemudian dalam waktu yang singkat, dayang kembali dengan seorang tabib kerajaan).<br />
<br />
Tabit : “ Ampun permaisuri, adakah yang bisa hambah perbuat….?”<br />
<br />
Permaisuri : “Begini tabib, hampir sebulan ini selerah makan baginda terganggu.”<br />
<br />
Tabit : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa keadaan baginda. (tabib mendekati baginda dan langsung memeriksanya).<br />
<br />
Permaisuri : “Bagaimana keadaannya….tabib….?”<br />
<br />
Tabib : “Mohon ampun paduka, hamba tidak dapat menemukan penyakit dalam diri baginda, sekali lagi ma’af permaisuri.”<br />
<br />
Permaisuri : (Menggeleng-gelengkan kepalanya), “bagaimana ini tabib, apakah tidak ada jalan lain lagi untuk mengetahui penyakit baginda raja….?<br />
<br />
Tabib : “Mohon amapun permaisuri, hamba sarankan kalau bisa memanggil abunawas yang mungkin bisa menyembuhkan penyakit baginda raja.<br />
<br />
Narator : Pergilah tabib menemui abunawas dan berceritalah mereka tentang penyakit aneh sang baginda raja. Apakah baginda raja dapat disembuhkan…? Apakah abunawas mampu melakukan yang terbaik unttu baginda raja? Saksikan……..!!!<br />
<br />
<b><br /></b>
<b>Adegan II</b><br />
<br />
Tabib : “ Abunawas” (sambil menundukkan kepala). “salam sejahtera baginda raja”<br />
<br />
Baginda : Apakah kamu yang bernama abunawas….?<br />
<br />
Abunawas : “ Mohon ampun baginda, hamba yang bernama abunawas”<br />
<br />
Baginda : “ Apakah kamu bisa mengobati penyakitku ini….?<br />
<br />
Abunawas : “ Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib kerajaan tentang apa yang paduka derita.”<br />
<br />
Baginda : “ Menurutmu, adakah obat yang bisa menyembuhkan penyakitku ini….?”<br />
<br />
Abunawas : “ Ada paduka yang mulia.”<br />
<br />
Baginda : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah itu abunawas….?<br />
<br />
Abunawas : “ Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih yang dagingnya sagat lezat.”<br />
<br />
Baginda : “ Lalu….?”<br />
<br />
Abunawas : “ Syaratnya…. Baginda harus menangkap sendiri kijang berbuluh putih itu, apakah baginda sanggup….?”<br />
<br />
Baginda : “ Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.” (tanpa ragu-ragu).<br />
<br />
Narator : Kemudian pulanglah abunawas ke rumahnya yang letaknya tidak jauh dari singgasana. Abunawas pulang untuk mempersiapkan senua perlengkapan yang akan dibawah. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Baginda, abunawas dan prajurit kerajaan sudah siap di depan singgasana untuk melakukan perjalanan. Mari…..! kita saksikan adegan berikut ini…..!!!<br />
<br />
<b>Adegan III</b><br />
<br />
Baginda : “ Abunawas, apakah semua perlengkapan sudah disiapkan?”<br />
<br />
Abunawas : “ Bagaimana prajurit, apakah perlengkapan dari singgasana sudah disiapkan?”<br />
<br />
Prajurit 1,11 : “Ampun baginda semuanya sudah siap.”<br />
<br />
Baginda : “ Kita berangkat sekarang.”<br />
<br />
Narator : Rombongan paduka berangkat dengan membawa perlengkapan berburu, tetapi abunawas sengaja membawa nasih putih, air putih, garam, dan asam. Perjalanan cukup panjang dan melelahkan namun, untuk mencapai tujuan, merekapun dengan bersemangat melanjutkan perjalanannya. Maka tibalah mereka di tegah-tegah hutan. Saksikan…!!!<br />
<br />
<b>Adegan IV</b><br />
<br />
Baginda : “ Abunawas, selama perjalanan sampai di tengah hutan ini, tidak satupun binatang yang kita temukan.”<br />
<br />
Abunawas : “ Memang betul paduka yang mulia, di sini ada semak-semak duri.”<br />
<br />
Baginda : “ Kalau disini hanya semak-semak duri, lalu di mana kijang berbulu putih itu….?”<br />
<br />
Abunawas : (Diam sejenak sambil tersenyum). “Begini baginda raja, konon kabar kijang berbulu putih itu muncul secara tiba-tiba.”<br />
<br />
Baginda : (Sambil mengusap keringat dan menghela napas panjang). Oh… begitu ya abunawas?<br />
<br />
Abunawas : “ Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari sumber air.”<br />
<br />
Baginda : “ Baiklah abunawas.”<br />
<br />
Prajurit 1 : “ Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.”<br />
<br />
Abunawas : “ Oh…benar paduka. Lebih baik kita segera ke sana.”<br />
<br />
Narrator : Lalu dengan langkah pasti, paduka bersama abunawas, dan prajurit-prajuritnya bergegas menuju sumber mata air dan tidak lama kemudian mereka tiba di sumber mata air tersebut. Saksikan….!!!<br />
<br />
<b>Adegan V</b><br />
<br />
Baginda : (Menghela napas panjang). “ oh….indah sekali abunawas keadaan ala mini, airnya sangat jernih yang membuatku tidak tahan lagi untuk meminumnya. Dengan air ini, benar-benar menghilangkan dahagaku.”<br />
<br />
Abunawas : “Betul paduka, air sangat jernih.”<br />
<br />
Prajurit 1,11 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba memita paduka untuk beristirahat di sini (menunjukkan tempat yang disediakan).”<br />
<br />
Baginda : “Terimah kasih prajuritku.” (berjalan memnuju tempat istirahat)<br />
<br />
Abunawas : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu. (sambil menuju ke arah muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).”<br />
<br />
Baginda : “Oh…silakan abunawas, kebetulan perutku sudah lapar.”<br />
<br />
Abunawas : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan di sana.”<br />
<br />
Narrator : Lalu abunawas bersama prajurit menuju ke muara. Saksikan apakah mereka benar-benar menemukan ikan di muara….?<br />
<br />
<b>Adegan VI</b><br />
<br />
Prajurit 11 : “Abunawas, lihatlah ternyata di muara ini banyak sekali ikannya dan sungguh menakjutkan.”<br />
<br />
Abunawas : “Oh….betul sekali prajurit.jika kita bisa menangkapnya maka kita akan menikmatinya sampai puas. (sambil menanjapkan sebilah bambu yang sudah diruncing ke arah ikan-ikan di muara).”<br />
<br />
Narrator : Berkali-kali abunawas menancapkan bambu ke arah ikan, sehingga ia mendapat beberapa ikan yang sangat besar. Lalu abunawas bersama prajurit bergegas menuju ke tempat baginda beristirahat, sambil membawa ikan hasil tangkapan mereka.<br />
<br />
Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah dating dan membawa bebberapa ikan hasil tangkapan.”<br />
<br />
Baginda : “Oh…ikannya besar sekali, rupanya mereka pandai menangkap ikan.”<br />
<br />
Abunawas dan prajurit: (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat peristirahatan baginda raja).<br />
<br />
Abunawas : “Mohon ampun baginda raja, imilah ikan tangkapan kami.”<br />
<br />
Baginda : “kalau begitu bakarlah ikan-ikan itu.”<br />
<br />
Abunawas : “Baiklah baginda, hamba akan melakukan perintah.” (sambil tersenyum).<br />
<br />
Narator : Bergegaslah abunawas membakar ikan hasil tangkapan mereka dengan hati gembira, abumawas mengkipas bara api sehingga aroma ikan-ikan itu tercium hidung baginda raja. Setelah ikan-ikan itu matang, abunawas membuka bungkusan bekal yang dibawanya. Saksikan…..!!!<br />
<br />
<b>Adegan VII</b><br />
<br />
Abunawas : (Sambil menyungguhkan ikan baker yang lezat itu kehadapan baginda raja ). “ampun baginda, ijinkan hamba mempersilakan paduka menikmati ikan-ikan bakar ini.”<br />
<br />
Baginda : “Terimah kasih abunawas.”<br />
<br />
Narrator : Ternyata baginda raja sangat menikmati masakan-masakan yang sudah disiapkan abunawas bersama prajuritnya. Saksikan…..!!!<br />
<br />
<b>Adegan VIII</b><br />
<br />
Baginda : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya habiskan.”<br />
<br />
Abunawas : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apaka selerah makan baginda sudah pulih kembali?”<br />
<br />
Baginda : “Ya, rasanya selerah makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan perjalanan mencari kijang berbulu putih itu.”<br />
<br />
Abunawas : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak ada.”<br />
<br />
Baginda : “lalu, bagaimana kita harus mendapatkan obat unttuk penyakitku ini?”<br />
<br />
Abunawas : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi, karena selerah makan baginda sudah pulih kembali.”<br />
<br />
Baginda : “Kamu benar-benar abunawas, penyakit anehku sudah sembuh. Bagaimana ini bisa terjadi?”<br />
<br />
Abunawas : “Menurut hamba, sebenarnya baginda tida menderita penyakit apapun karena selama ini ketika makan, perut baginda belum terasa lapar apa lagi baginda tidak banyak bergerak.”<br />
<br />
Baginda : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita berburu lagi.”<br />
<br />
Abunawas : (Sambil tertawa terbahak-bahak) “ha…..ha….ha……ha…….”<br />
<br />
___________________<br />
<span style="font-size: x-small;">Sumber gambar dapat di click gambarnya maka akan mengarah dimana gambar tersebut diambil.</span><br />
<span style="font-size: x-small;">Sumber teks drama: <i>http://phillietz.blogspot.com/2013/07/contoh-naskah-drama-abu-nawas-terbaru.html</i></span>Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-22434754726287951182013-11-30T00:16:00.003+07:002015-12-30T21:30:30.504+07:00TINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK<b>I. Pengantar Menyimak</b><br />
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari kita mendengar orang berbicara, baik langsung maupun melalui media elektronik. Dalam pengertian sempit berarti kita melakukan kegiatan menyimak yang mengacu pada proses mental pendengar menerima rangsang bunyi dari pembicara, kemudian menyusun penafsirannya. Dalam pengertian yang lebih luas, penyimak tidak hanya mengerti dan membuat penafsiran tentang pesan/materi yang disimaknya, lebih dari itu ia berusaha melakukan isi pesan yang disimaknya. Meskipun menyimak itu penting dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kurang mendapat perhatian di sekolah-sekolah di negara kita, bahkan di negara-negara yang telah maju. Penelitian yang telah dilakukan oleh Paul T. Rankin (1929 dalam Tarigan, 1980) terhadap 68 orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan di Detroit sampai pada suatu kesimpulan bahwa mereka mempergunakan waktu untuk berkomunikasi: 9% menulis, 16% membaca, 30% berbicara, dan 45% menyimak. Pada waktu yang berbeda, Water Loban (dalam Tompkins & Kenneth, 1991) dalam penelitiannya terhadap anak-anak dan orang dewasa menyimpulkan adanya perbandingan bahwa mereka setiap hari menyimak satu buku, berbicara satu buku satu tahun, membaca satu buku satu bulan, dan menulis satu buku dalam satu tahun. Menymak adalah istilah teknis dalam pembelajaran bahasa. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMMdz3PWkCi-A5YSqee9aSOqOWPzgo9Kt-1z0aCBE1DA2ZdskexNeKORAvezZWxuVbPGyqNd2hxaP8BOiw3HC1zOwCChe5tZ3VKX9QJlnGcCNSgZcspZrsBeNtmDpb5uR7xyikShKQpsc/s1600/menyimak-tidak-sama-dengan-mendengar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMMdz3PWkCi-A5YSqee9aSOqOWPzgo9Kt-1z0aCBE1DA2ZdskexNeKORAvezZWxuVbPGyqNd2hxaP8BOiw3HC1zOwCChe5tZ3VKX9QJlnGcCNSgZcspZrsBeNtmDpb5uR7xyikShKQpsc/s200/menyimak-tidak-sama-dengan-mendengar.jpg" width="190" /></a></div>
<br />
Dalam pengertian umum, menyimak dapat diartikan sama dengan pengertian mendengarkan, yaitu aktivitas mental untuk menerima dan memproses semua informasi melalui alat pendengaran atau indra pendengaran. Dalam aktivitas menyimak tersirat makna bahwa aktivitas ini dilakukan secara aktif, sadar, dan sungguh-sungguh untuk menerima informasi dari sumber suara (bahasa lisan). Pengertian menyimak tidak sama dengan mendengar, karena dalam aktifitas mendengar, tersirat makna tidak sengaja, tidak aktif, dan tidak sungguh-sungguh.<br />
<b><br />II. Tingkatan Kemampuan dalam Menyimak</b><br />
Menyimak terdiri dari empat tingkat, yaitu: mengindera, menginterpretasi, mengevaluasi, dan bereaksi. Tingkatan ini berupa penyampaian pesan dari pembicara ke pendengar dan kembali lagi ke pembicara. Untuk lebih jelasnya perhatikan skema beserta penjelasanya sebagai berikut.<br />
<br />
a. Tingkatan Kemampuan Mengindera (biasanya disebut mendengar).<br />
Tahap mendengarkan merupakan proses yang dialakukan pembicara dalam ujaran atau pembicaraan barulah pada tahap mendengarkan (hearing) telinga menerima gelombang suara dan menyampaikannya ke otak. Contohnya, kita duduk di kelas dan mendengar dosen berkata, "Waktu ujian adalah minggu depan, selasa jam 5 sore”.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
b. Tingkatan Kemampuan Interpretasi.<br />
Setelah mendengarkan pembicaraan yang disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dipahami atau dimengerti (understanding) pendengar berusaha memahami maksud pesan yang diterima. Proses ini termasuk memahami pada yang baru saja dikatakan oleh dosen dan menghubungkannya dengan apa yang telah kita ketahui. Kita menghubungkan perkataan dosen tadi dengan pengetahuan yang dimiliki mengenai ujian, apa yang harus disiapkan, dan apa yang harus dilakukan pada hari selasa jam 5 sore. <br />
<br />
c. Tingkatan Kemampuan Evaluasi<br />
Penyimak yang baik akan mennafsirkan atau mengaitkan bahan simakan dengan berbagai konteks, yang disebut interpreting atau bagaimana kita memutuskan perasaan terhadap pesan tadi, apakah, misalnya, setuju dengan apa yang dikatakan dosen tadi, atau tidak. Yang termasuk ke dalam proses ini adalah evaluasi mengenai kesesuaian pesan dengan kebutuhan dan harga diri. Jika pesan itu bertentangan dengan harga diri atau tidak memenuhi kebutuhan kita, kita dapat menolaknya, atau berhenti mendengarkan. Pada contoh diatas, jika ingin mengikuti ujian tetapi ada pekerjaan lain pada hari selasa jam 5 sore, tentunya kita akan tidak setuju dengan apa yang dikatakan dosen. Apa yang terjadi pada tahap ini akan mengganggu proses mendengar. <br />
<br />
d. Tingkatan Kemampuan Akhir Menyimak.<br />
Pada tahap ini penyimak akan menerima gagasan pembicara dengan cara menanggapi isi atau bahan simakan. Ini merupakan tahap paling tinggi yang disebut juga tahap evaluasi. Hal ini terjadi reaksi terhadap pesan dalam bentuk umpan balik secara langsung. Di ruang kelas, umpan balik secara langsung dapat terjadi dalam bentuk pertanyaan dan komentar. Pada kasus diatas, reaksi kita bisa saja bertanya pada dosen apakah jadwal ujiannya bisa diubah atau tidak.<br />
<b><br />III. Tahap Kemahiran dalam Menyimak</b><br />
Glisan (1988) menyajikan sebuah rencana berurutan dalam empat tahap yang dapat digunakan untuk mengarahkan siswa untuk menguasai profesi menyimak secara global. Rencana ini tidak hanya berisi kegiatan menyimak saja melainkan juga melibatkan bidang-bidang lain seperti berbicara dan menulis:<br />
<br />
1. Tahap persiapan atau pra-pengajaran. Siswa mendengarkan sebuah pengantar singkat tentang teks yang akan didengarkan, misalnya siswa diberitahu tentang judul dari teks, kalimat pertama dari teks atau beberapa kutipan frasa dari teks. Kemudian siswa diminta mendiskusikan apa kira-kira isi dari teks tersebut.<br />
2. Tahap menyimak dalam sekilas (skiming dan scanning). Siswa mendengarkan teks dengan tujuan untuk menangkap garis besar dari teks itu tanpa perlu menangkap semua rinciannya. Misalnya siswa mendengarkan berita, pengumuman, wawancara, atau iklan.<br />
3. Tahap pemahaman. Siswa menerima masukan yang diberikan dengan cara memeriksa pemahaman siswa terhadap keseluruhan teks. <br />
4. Tahap transfer/integrasi keterampilan. Dalam tahap ini siswa menjabarkan teks yang ia dengar ke dalam bahasa lisan atau tulis dengan cara mengungkapkan perasaan dan sikap mereka mengenai topik ini.<br />
<b><br />IV. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Tingkatan Menyimak </b> <br />
1. Perhatian yang terbagi-bagi dan gangguan <br />
Gangguan internal dan eksternal biasanya dapat memecahkan perhatian. Hal yang termasuk gangguan internal adalah rasa lapar, sakit kepala, dan rasa cemas. Sedangkan hal yang termasuk gangguan eksternal adalah suara (bisikan, suara sirine polisi, dengungan AC) dan suasana yang sangat panas atau dingin.<br />
<br />
Agar kita dapat memfokuskan perhatian, maka kita harus dapat mengurangi gangguan tersebut. Salah satu caranya adalah duduk di tempat kita bisa melihat dan mendengar dosen dengan jelas. Dengan demikian kita akan punya keinginan untuk memperhatikan apa yang dikatakan dosen karena dia dapat melihat kita dengan jelas sehingga dia lebih memantaumu untuk dapat memperhatikan apa yang dia katakan. <br />
<br />
Untuk menghindari aktivitas gangguan, kita bisa menghindari duduk dengan orang yang kemungkinan akan mengajak ngobrol, atau membuat keributan.<br />
Pastikan kita rileks dan sebisa mungkin tetap siaga. Berusaha untuk berkonsentrasi pada situasi yang sedang kita hadapi, dan jangan mencemaskan masalah pribadi atau masalah lainnya yang tidak berhubungan. Coba untuk menghindari rasa lapar atau haus (makanya sebelum belajar, makan dan minum dulu yang cukup). Berpakaian yang membuat kita merasa nyaman. Bawa sweater atau jaket jika dirasakan kelas akan bersuhu dingin.<br />
<br />
2. Tidak mengindahkan pesan<br />
Jika kita merasa bahwa mata kuliah yang dipelajari sangat sulit dan susah dimengerti, kita mungkin akan berhenti mendengarkan. Walaupun dosen bertanggung jawab untuk berkomunikasi dengan kita, tapi dia tidak dapat memaksa kita memperhatikannya. Kitalah yang bertanggung jawab untuk menerima informasi yang disampaikan. Membentuk lingkungan positif untuk menyimak merupakan sikap tanggungjawab untuk mendengarkan dan memperhatikan. Motivasi yang paling penting adalah mempercayai bahwa apa yang dosen katakan merupakan hal yang sangat berharga.<br />
<br />
3. Penilain yang terburu-buru<br />
Penilaian juga dapat berupa reaksi terhadap pembicara sendiri. Jika kitas tidak menyukai salah satu dosen, mengenai pendapatnya atau latar belakang etnik, dan gender maka kita tidak akan menghargai apa yang dikatakannya sedikit pun. Memahami bagaimana emosi dan pendapat kita mengenai suatu hal dapat mempengaruhi proses menyimak dapa membantu kita mengenali dan mengontrol penilaian yang negatif diatas. <br />
<br />
Berhati-hati memberikan penilaian pada pembicara dapat menghindari terhambatnya proses penyampaian pesan yang bertentangan dengan pendapat atau perasaan kita. Pertimbangkan bahwa pendidikan merupakan proses pencarian fakta secara terus-menerus, walaupun fakta yang didapatkan bertentangan dengan cara pandang kita mengenai suatu hal.<br />
<br />
4. Kurang pendengaran dan ketidakmampuan untuk belajar<br />
Teknik menyimak yang baik tidak selalu dapat menyelesaikan setiap masalah dalam menyimak. Mahasiswa yang memiliki kekurangan pendengaran biasanya mempunyai penjelasan fisik mengenai kesulitannya dalam mendengar atau menyimak. Jika kita mempunyai kurang pendengaran, coba cari cara yang bisa membuat kita dapat menyimak di kelas dengan baik. Kita mungkin membutuhkan alat tertentu. Atau kita dapat menemui dosen diluar jam pelajaran untuk mengklarifikasi catatan yang kita buat di kelas.<br />
<br />
<br />
<b>V. Daftar Rujukan</b><br />
<br />
Semangat belajar. 2010. Menjadi Penyimak yang Baik (Online), (http://semangatbelajar.com/tag/kemampuan-menyimak/diakses 7 September 2010).<br />
<br />
Mudjianto & Susanto, G. 2010. Materi Pembelajaran Menyimak. Malang: A3<br />
<br />
Tarigan. Henry Guntur. 1980. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.<br />
<br />
______. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia<br />
<br />
<br />
nb: Materi tersebut disajikan dalam makalah pendek pada mata kuliah menyimak. Semoga bermanfaat.Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0Surabaya, Jawa Timur, Indonesia-7.2891660000000007 112.73439800000006-7.541179500000001 112.41167450000006 -7.0371525 113.05712150000005tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-46794469680358260392011-12-26T23:35:00.000+07:002011-12-26T23:35:13.305+07:00Apresiasi Puisi | Sajak Gelas Bergoyang<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:0cm;
mso-para-margin-left:35.7pt;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
text-indent:-17.85pt;
line-height:150%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -0.25pt;"><b><span style="mso-ansi-language: IN;">Sajak Gelas Bergoyang</span></b><span style="mso-ansi-language: IN;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -0.25pt;"><span><span style="mso-tab-count: 1;"></span><span style="mso-tab-count: 1;"></span><span style="font-size: x-small;"><i>Karya<span></span><span></span>: </i><i>Azwina Aziz Miraza<span> </span>1978</i></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Gelasku bergoyang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Antara Jakarta – Bekasi – Malang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Kuuntai menjadi sebuah sajak:</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Gelas bergoyang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Gelasku bergoyang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Gelasku bergoyang ketika bersajak</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Sajak bergoyang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Gelasku bergoyang ketika bersajak</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Sajak bergoyang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">di antara gelas-gelas yang bergoyang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Gelasku bergoyang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Bergoyang dan terus bergoyang</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">Plaaasss...</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">kopiku tumpah</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">sajak jadi basah</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">kantuk mulai parah</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">tanpa suka</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">tapi mungkin ada sedikit duka</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;">sebelum gerbong terakhir tiba</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: -.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 7;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: -0.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;"><b>Ulasan Makna</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: -0.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 2;"> </span>Pada puisi ini bermakna tentang keadaan suasana hati yang sedang galau. Dari larik pertama dan kedua bermakna tentang perjalanan si penyair. Penyair melakukan perjalanan antar kota dari jakarta ke bekasi dan tujuan akhir di malang. Pada larik pertama dan kedua sepintas terlihat si penyair sedang melakukan perjalanan jauh begitu pula tentang larik selanjutnya. Tapi pada larik akhir terdapat kalimat <i>tapi mungkin ada sedikit duka sebelum gerbong terakhir tiba</i> makna dari perjalanan bukan diartikan perjalanan antara ketiga kota itu melainkan perjalanan hidup penyair yang mengalami kegoncangan hati. Secara keseluruhan terlihat puisi ini mengisahkan tentang keadaan yang seseorang yang diambang ajalnya dimana seseorang itu memiliki penyakit yang kronis.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: -0.25pt;"><span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 2;"> </span>Penyakit kronis ini dapat diketahui pada kata <i>kantuk mulai parah</i>. Kantuk dapat berarti oran yang hendak tidur tapi ada kata parah bisa jadi bermakna penyakit itu sudah mulai pada masa krisis/parah.</span></div>Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-47149780512113109952011-12-26T23:32:00.000+07:002011-12-26T23:32:16.286+07:00Apresiasi Puisi | Negeri Bencana<b>Negeri Bencana</b><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>Karya: Dorothea Rosa Herliany (Mimpi Gugur Daun Zaitun, 1999)</i></span><br />
<br />
Alangkah giris lagu hujan, musim yang<br />
Terlalu cepat menyebrangi tanahtanah<br />
Pecah dan padang tandus. Kunikmati<br />
Kehangatan rindu yang berhamburan<br />
Bersama uap hujan.<br />
<br />
Tapi tak bisa kurasakan tanah bencana<br />
Mangkukmangkuk bubur diaduk debu. Dan<br />
Burung bangkai yang tak sabar menunggu.<br />
<br />
Tapi tak bisa kurasakan tubuh yang gemetar. Tulangtulang gemerutuk dan<br />
Pasirpasir yang tibatiba berdarah.<br />
<br />
Dengarlah angin: ia tak lagi menerbangkan<br />
Debudebu. Tapi bau daging saudaramu<br />
<br />
<b>Ulasan Makna</b><br />
<div style="text-align: justify;"> Makna dari puisi negeri bencana mengisahkan tentang keadaan alam yang mulai tidak menentu disertai kebakaran dimana-mana. Penyair mencoba melukiskan keadaan alam pada saat itu dimana waktu hujan yang belum saatnya musim hujan lalu turun hujan. Hal itu nampak pada puisi larik pertama dan kedua Alangkah giris lagu hujan, musim yang Terlalu cepat menyebrangi tanahtanah. Keadaan alam yang semakin tidak menentu membuat penyair melukiskan keadaan alam ini.<br />
Disisi lain, penyair juga melukiskan tentang keadaan bencana yang diakibatkan oleh alam yang semakin lama semakin tidak bersahabat. Pada puisi negeri bencana bait kedua larik pertama, bencana ada dimana-mana mengakibatkan banyak korban berjatuhan. Pada bait ketiga larik ke dua, pasirpasir yang tibatiba berdarah memiliki makna bahwa banyak orang yang tewas tergletak diatas tanah. Hal itu disebabkan bisa memiliki makna tanah longsor maupun banjir tapi sudah jelas bahwa yang dimaksud tanah longsor.</div>Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-3194687606415445872011-12-26T22:47:00.000+07:002011-12-26T22:53:16.259+07:00Tradisi Minum Teh Hijau Beserta Manfaatnya<div style="text-align: justify;"><b>Sejarah </b><span style="font-size: small;"><i>(<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Upacara_minum_teh_%28Jepang%29" target="_blank">wikipedia</a>)</i></span></div><div style="text-align: justify;">Lu Yu (Riku U) adalah seorang ahli teh dari dinasti Tang di Tiongkok yang menulis buku berjudul Ch'a Ching (茶经) atau Chakyō (bahasa Inggris: Classic of Tea). Buku ini merupakan ensiklopedia mengenai sejarah teh, cara menanam teh, sejarah minum teh, dan cara membuat dan menikmati teh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://aliceninelovegazette.files.wordpress.com/2011/05/teh-hijau.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://aliceninelovegazette.files.wordpress.com/2011/05/teh-hijau.jpg" /></a></div>Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke dinasti Tang. Literatur klasik Nihon Kōki menulis tentang Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Ōmi di tahun 815. Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama tentang tradisi minum teh di Jepang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada masa itu, teh juga masih berupa teh hasil fermentasi setengah matang mirip Teh Oolong yang dikenal sekarang ini. Teh dibuat dengan cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha. Teh belum dinikmati di kalangan terbatas sehingga kebiasaan minum teh tidak sempat menjadi populer.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di zaman Kamakura, pendeta Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen di Jepang sambil memperkenalkan matcha yang dibawanya dari Tiongkok sebagai obat. Teh dan ajaran Zen menjadi populer sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual. Penanaman teh lalu mulai dilakukan di mana-mana sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum teh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Permainan tebak-tebakan daerah tempat asal air yang diminum berkembang di zaman Muromachi. Permainan tebak-tebakan air minum disebut Tōsui dan menjadi populer sebagai judi yang disebut Tōcha. Pada Tōcha, permainan berkembang menjadi tebak-tebakan nama merek teh yang yang diminum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada masa itu, perangkat minum teh dari dinasti Tang dinilai dengan harga tinggi. Kolektor perlu mengeluarkan banyak uang untuk bisa mengumpulkan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh menjadi populer di kalangan daimyo yang mengadakan upacara minum teh secara mewah menggunakan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh seperti ini dikenal sebagai Karamono suki dan ditentang oleh nenek moyang ahli minum teh Jepang yang bernama Murata Jukō. Menurut Jukō, minuman keras dan perjudian harus dilarang dari acara minum teh. Acara minum teh juga harus merupakan sarana pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak yang dijamu. Acara minum teh yang diperkenalkan Jukō merupakan asal-usul upacara minum teh aliran Wabicha.</div><div style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a><br />
</div><div style="text-align: justify;">Wabicha dikembangkan oleh seorang pedagang sukses dari kota Sakai bernama Takeno Shōō dan disempurnakan oleh murid (deshi) yang bernama Sen no Rikyū di zaman Azuchi Momoyama. Wabicha ala Rikyū menjadi populer di kalangan samurai dan melahirkan murid-murid terkenal seperti Gamō Ujisato, Hosokawa Tadaoki, Makimura Hyōbu, Seta Kamon, Furuta Shigeteru, Shigeyama Kenmotsu, Takayama Ukon, Rikyū Shichitetsu. Selain itu, dari aliran Wabicha berkembang menjadi aliran-aliran baru yang dipimpin oleh daimyo yang piawai dalam upacara minum teh seperti Kobori Masakazu, Katagiri Sekijū dan Oda Uraku. Sampai saat ini masih ada sebutan Bukesadō untuk upacara minum teh gaya kalangan samurai dan Daimyōcha untuk upacara minum teh gaya daimyō.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sampai di awal zaman Edo, ahli upacara minum teh sebagian besar terdiri dari kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang sangat kaya. Memasuki pertengahan zaman Edo, penduduk kota yang sudah sukses secara ekonomi dan membentuk kalangan menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat upacara minum teh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kalangan penduduk kota yang berminat mempelajari upacara minum teh disambut dengan tangan terbuka oleh aliran Sansenke (tiga aliran Senke: Omotesenke, Urasenke dan Mushanokōjisenke) dan pecahan aliran Senke.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kepopuleran upacara minum teh menyebabkan jumlah murid menjadi semakin banyak sehingga perlu diatur dengan suatu sistem. Iemoto seido adalah peraturan yang lahir dari kebutuhan mengatur hirarki antara guru dan murid dalam seni tradisional Jepang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Joshinsai (guru generasi ke-7 aliran Omotesenke) dan Yūgensai (guru generasi ke-8 aliran Urasenke) dan murid senior Joshinsai yang bernama Kawakami Fuhaku (Edosenke generasi pertama) kemudian memperkenalkan metode baru belajar upacara minum teh yang disebut Shichijishiki. Upacara minum teh dapat dipelajari oleh banyak murid secara bersama-sama dengan metode Shichijishiki.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berbagai aliran upacara minum teh berusaha menarik minat semua orang untuk belajar upacara minum teh, sehingga upacara minum teh makin populer di seluruh Jepang. Upacara minum teh yang semakin populer di kalangan rakyat juga berdampak buruk terhadap upacara minum teh yang mulai dilakukan tidak secara serius seperti sedang bermain-main.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebagian guru upacara minum teh berusaha mencegah kemunduran dalam upacara minum teh dengan menekankan pentingnya nilai spiritual dalam upacara minum teh. Pada waktu itu, kuil Daitokuji yang merupakan kuil sekte Rinzai berperan penting dalam memperkenalkan nilai spiritual upacara minum teh sekaligus melahirkan prinsip Wakeiseijaku yang berasal dari upacara minum teh aliran Rikyū.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di akhir Keshogunan Tokugawa, Ii Naosuke menyempurnakan prinsip Ichigo ichie (satu kehidupan satu kesempatan). Pada masa ini, upacara minum teh yang sekarang dikenal sebagai sadō berhasil disempurnakan dengan penambahan prosedur sistematis yang riil seperti otemae (teknik persiapan, penyeduhan, penyajian teh) dan masing-masing aliran menetapkan gaya serta dasar filosofi yang bersifat abstrak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Memasuki akhir zaman Edo, upacara minum teh yang menggunakan matcha yang disempurnakan kalangan samurai menjadi tidak populer di kalangan masyarakat karena tata krama yang kaku. Masyarakat umumnya menginginkan upacara minum teh yang bisa dinikmati dengan lebih santai. Pada waktu itu, orang mulai menaruh perhatian pada teh sencha yang biasa dinikmati sehari-hari. Upacara minum teh yang menggunakan sencha juga mulai diinginkan orang banyak. Berdasarkan permintaan orang banyak, pendeta Baisaō yang dikenal juga sebagai Kō Yūgai menciptakan aliran upacara minum teh dengan sencha (Senchadō) yang menjadi mapan dan populer di kalangan sastrawan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pemerintah feodal yang ada di seluruh Jepang merupakan pengayom berbagai aliran upacara minum teh, sehingga kesulitan keuangan melanda berbagai aliran upacara minum teh setelah pemerintah feodal dibubarkan di awal era Meiji. Hilangnya bantuan finansial dari pemerintah feodal akhirnya digantikan oleh pengusaha sukses seperti Masuda Takashi lalu bertindak sebagai pengayom berbagai aliran upacara minum teh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di tahun 1906, pelukis terkenal bernama Okakura Tenshin menerbitkan buku berjudul The Book of Tea di Amerika Serikat. Memasuki awal abad ke-20, istilah sadō atau chadō mulai banyak digunakan bersama-sama dengan istilah cha no yu atau Chanoyu.</div><div style="text-align: justify;"><b><br />
</b><br />
<b><br />
</b></div><div style="text-align: justify;"><b>Manfaat Teh Hijau</b> <i>(<a href="http://blog.unsri.ac.id/kennysung/sehat/mengapa-perlu-minum-teh-hijau-sebelum-olahraga/mrdetail/40678/" style="color: blue;" target="_blank">unsri</a>)</i><br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">1. Menghindari penyakit<br />
Teh hijau merupakan antioksidan yang kuat dan terbukti dapat mengurangi serangan kanker paru-paru, kanker prostat, kanker kulit, stroke, dan serangan jantung. Untuk menambahkan tenaga ekstra ketika mengonsumsinya, tambahkan perasan air jeruk lemon. Kandungan flavonoid dalam teh hijau ternyata bisa memerangi virus hepatitis C.<br />
<br />
2. Menurunkan kolesterol dan tekanan darah<br />
Tiga cangkir teh hijau sehari bisa memberikan antioksidan yang dibutuhkan tubuh untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol.<br />
<br />
3. Menurunkan berat badan<br />
Mengonsumsi secangkir teh hijau sebelum melakukan olahraga terbukti bisa mempercepat penurunan berat badan dan pembakaran lemak. Sebuah penelitian membuktikan bahwa kafein mampu membebaskan asam lemak sehingga Anda bisa membakar lemak jauh lebih mudah. Antioksidan dalam teh juga bekerja sama dengan kafein untuk membantu Anda membakar kalori lebih banyak.<br />
<br />
4. Menghilangkan alergi<br />
Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa teh hijau mengandung senyawa EGCG yang akan membuat tubuh terbebas dari reaksi alergi terhadap debu, bulu binatang, sampai alergi serbuk sari.<br />
<br />
<br />
<b>Pengalaman</b><br />
<br />
Melihat manfaat penjelasan diatas, iseng-iseng mencoba seperti poin no 3 yakni khasiat teh hijau untuk menurunkan berat badan. Ijinkan aku berbagi pengalaman. Pada waktu itu, hari selasa jam 6.00 pagi merupakan rutinitas untuk olahraga khususnya berenang. Sebelum berenang waktu itu jam 5 pagi, saya membuat teh terutama teh hijau. Dalam pembuatannya cukup sederhana, hanya tinggal sedu dengan menggunakan air panas tapi ingat jangan di kasih gula. Saya minum teh hijau segelas lalu jam 6 pagi pergi ke tempat kolam renang lumayan jauh dari tempat tinggal. Setelah pemanasan lalu mulai aktifitas olah raga berenang dengan menggunakan gaya katak dan gaya bebas yang penting nyaman berolahraga. Selama kurang lebih 2 jam berenang, saya sudahi aktifitas berenang. Setiba di rumah saya coba untuk menimbang berat badan hasilnya lumayan turun 1/2 kg. Rutinitas ini aku coba berulang kadang turun 1/2 kg kadang 1 kg. Lumayan daripada tidak turun. </div>Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-4269460590183190392011-12-25T18:27:00.000+07:002011-12-25T18:27:41.622+07:00Apresiasi Puisi "Nyanyian Senja"<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Nyanyian Senja</b></div><div style="text-align: justify;"><i>Karya Rita Oetoro (Budaya Jaya, 1978)</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pernah tertulis – lagu</div><div style="text-align: justify;">Ini, dulu sekali</div><div style="text-align: justify;">Tentang aquarel</div><div style="text-align: justify;">Tentang api dan</div><div style="text-align: justify;">Harapan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tidak setapak pun – jalan</div><div style="text-align: justify;">Surut, bunda</div><div style="text-align: justify;">Dengan tulus</div><div style="text-align: justify;">Dengan cinta</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuterima:</div><div style="text-align: justify;">Kehitaman karma</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Apresiasi (Pendekatan Makna)<br />
</b></div><div style="text-align: justify;"> Puisi yang berjudul nyanyian senja, pada larik pertama memiliki makna bahwa penyair pernah menuangkan cerita. Kata lagu tak lain hanyalah cerita karena seseorang ketika mendengarkan lagu lalu lagu yang didengarkan itu memiliki kenangan yang mendalam maka akan ingatlah seseorang akan kejadian dimana lagu itu tak lain hanyalah lagu yang dimaksud untuk membuka memori ingatan yang dulu. Penyair mengisahkan perjalanan yang penuh liku-liku tentang semangat dan disertai harapan untuk membuat hidupnya berubah. Hal itu tertuang pada larik ke tiga dan keempat. </div><div style="text-align: justify;"> Pada bait kedua larik pertama tidak setapak pun – jalan memiliki makna bahwa si penyair tidak memiliki jalan keluar terhadap masalah yang dideritanya. meskipun berusaha untuk menyelesaikan disertai harapan lalu dengan penuh kesabaran serta rasa sayang tapi tak ada suatu titik temu untuk menyelesaikan penderitaannya terhadap masalah yang menimpanya.</div><div style="text-align: justify;"> Segala masalah tidak ada jalan keluarnya meskipun seudah berusaha dengan segala kemampuan yang ada, maka tak lain hanyalah pasrah akan masalah yang ditimpanya. Pada larik terakhir, kuterima: Kehitaman Karma bisa berarti mendapat balasan terhadap kejahatan yang pernah dia buat.</div>Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-38726162543859532042011-02-23T18:43:00.000+07:002011-02-23T20:17:42.345+07:00PENGERTIAN DAN CONTOH PIDATO<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://ndyteen.com/wp-content/uploads/2010/09/speech.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://ndyteen.com/wp-content/uploads/2010/09/speech.gif" /></a></div><b></b><br />
<b>A. Pengertian Pidato</b><br />
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.<br />
<br />
<b>B. Pidato dikatakan Baik Bila:</b><br />
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. Salah satu contoh dari pidato itu sendiri adalah:<br />
<br />
Orasi (bahasa Inggris Pertengahan: oracion) adalah sebuah pidato formal, atau komunikasi oral formal yang disampaikan kepada khalayak ramai. Antonim dari orasi adalah mencetak (print), menulis (writing). Orasi bermacam-macam, ceramah merupakan salah satu bagian dari orasi, pidato, kultum, bahkan puisi merupakan bagian dari orasi, tetapi saat ini kata orasi mengalami penyempitan makna dan terkesan bermakna peyorasi, orasi dikenal di kalangan umum sebagai bentuk ungkapan melalui verbal yang disampaikan pada khalayak umum dan memiliki sifat persuasif.<br />
<br />
<b>C. Fungsi Pidato</b><br />
3.1 Mempermudah komunikasi antar atasan dan bawahan.<br />
3.2 Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi.<br />
3.3 Menciptakan suatu keadaan yang kondusif dimana hanya perlu 1 orang saja yang melakukan orasi/pidato tersebut.<br />
3.4 Mempermudah komunikasi.<br />
<br />
<b>D. Tujuan Pidato</b><br />
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini:<br />
4.1 mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela,<br />
4.2 memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.<br />
4.3 membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang<br />
ain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.<br />
<br />
<b>E. Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato</b><br />
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi.<br />
5.1 Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.<br />
5.2 Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.<br />
5.3 Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.<br />
<br />
<a name='more'></a>5.4 Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.<br />
5.5 Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.<br />
5.6 Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.<br />
<br />
<b>F. Metode Pidato</b><br />
Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidatu di depan umum.<br />
6.1 Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu<br />
menghapalkannya kata per kata.<br />
6.2 Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya<br />
mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak<br />
terduga banyak menggunakan tehnik serta merta.<br />
6.3 Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah<br />
dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi.<br />
<br />
<b>G. Persiapan Pidato</b><br />
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan<br />
persiapan berikut ini :<br />
7.1 Wawasan pendengar pidato secara umum<br />
7.2 Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan<br />
7.3 Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.<br />
7.4 Mengetahui jenis pidato dan tema acara.<br />
7.5 Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitTTNqUh5t5f60zJqoKoVOzGZwcrgk80eI2qoBBo7DtCI7GSuTRsjYypYvuEPGVrCjdQflu_NOYqQnZAE6Dqt3zW_9Wc1rbLqofncET9p1h7OR1AEOAPvJ6Yp2UX_L2LlRAGg8meikD-A/s1600/sukarno4.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="135" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitTTNqUh5t5f60zJqoKoVOzGZwcrgk80eI2qoBBo7DtCI7GSuTRsjYypYvuEPGVrCjdQflu_NOYqQnZAE6Dqt3zW_9Wc1rbLqofncET9p1h7OR1AEOAPvJ6Yp2UX_L2LlRAGg8meikD-A/s200/sukarno4.jpg" width="200" /></a></div><b>H. Kerangka Susunan Pidato</b><br />
Skema susunan suatu pidato yang baik :<br />
8.1 Pembukaan dengan salam pembuka<br />
8.2 Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi<br />
8.3 Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah.<br />
8.4 Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)<br />
<br />
<b>I. Contoh Naskah Pidato</b><br />
<br />
<div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;">Bapak-bapak dan ibu-ibu<br />
Assalamualaikum Wr Wb<br />
Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan YME, bahwa kita dapat berkumpul di NIT</div><br />
Untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-61. Peringatan ini menjadi semakin unik, karena dua hal :<br />
1. kita merayakan di negeri orang<br />
2. peringatan HUT RI dalam bentuk upacara, terakhir dilakukan tahun 1997, </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">sebelum Krismon, saat ketua PPI Jepang Tengah dipegang oleh Sdr. Dodi Novi Darwis. Di hari yang sangat unik ini, saya ingin berbagi sedikit renungan kepada bapak dan ibu, mengenai nilai baik yang dapat kita ambil dari masyarakat Jepang. Nilai itu adalah “bagaimana mewujudkan suatu target”. Kita semua tentunya harus bekerja, karena dengan begitu kita dapat hidup. Tapi pandangan tiap orang terhadap pekerjaannya berlainan. Ada yang menganggap pekerjaan sebagai hukuman, sehingga dikatakan I hate Monday, atau ada juga yang bilang monday is mondai (jp:masalah). Tapi ada juga yang menganggap pekerjaan sebagai hobby, sehingga seorang professor Jepang menganjurkan agar kita saat masuk dalam kehidupan lab. memakai paket seven eleven. Kerja mulai pukul 7 pagi, selesai pk.11 malam.<br />
<br />
Saya hobby melihat film, dan kali ini akan mengajak bapak dan ibu membicarakan satu film, yaitu satu episode project X. Dalam satu kesempatan ada satu filosofi seorang peneliti Jepang yang berkesan di hati saya. Apa arti pekerjaan atau penelitian bagi anda ? Beliau mengibaratkan idé atau kreativitas itu sebagai anak. Saat kita dikarunia anak, kita sangat bersyukur. Anak itu kita rawat kasih sayang. Kalau baik kita puji. Kalau nakal kita ingatkan. Tiap hari kita mencucurkan keringat, bekerja agar bisa menghidupi anak dan istri kita. Selang berpuluh tahun, barulah kita melihat hasil jerih payah kita tersebut. Tentunya kita akan sangat bahagia jika anak kita berhasil di sekolah, berakhlak baik. Sama halnya dengan ide atau kreativitas. Di filem itu filosofi yang beliau sampaikan adalah “Cintailah ide itu seperti engkau mencintai anakmu”. Saat ide itu timbul, kita perlu rajin mendokumentasikan. Kita besarkan anak yang bernama “ide” ini setiap hari, kita analisa dari berbagai sisi. Diuji dari sana dan sini. Kalau eksperimen berhasil kita syukuri, kalau gagal kita cari penyebabnya. Berjam-jam kita habiskan untuk mengembangkan ide itu agar dapat berhasil. Kecintaan pada ide ini kelak akan berbuah. Ide atau kreatifitas yang matanglah yang kelak akan berbuah menjadi penemuan yang besar.<br />
<br />
Bapak dan ibu,<br />
<br />
Bangsa kita tidaklah kalah dengan bangsa Jepang maupun bangsa lain. Banyak rekan-rekan kita yang berpresetasi di forum internasional. Jadi secara potensi kita tidak kalah. Hanya saja ada satu kekurangan yang kadang saya rasakan. Kita kurang tekun dalam mencapai satu sasaran. Di Indonesia seringkali kegiatan dilakukan secara mendadak dan kurang terencana dengan baik. Sehingga hasil yang dicapai pun tidak optimal, dan hanya mengejar formalitas. Barangkali hal ini terjadi karena kita kurang mencintai kegiatan atau pekerjaan itu. Tentunya hal ini dapat dikurangi, kalau kita dapat menumbuhkan kecintaan pada pekerjaan. Sebagaimana kata filosof : Yang penting bukanlah mengerjakan apa yang engkau cintai. Tetapi mencintai apa yang engkau kerjakan.<br />
<br />
<br />
Bapak dan ibu yang terhormat,<br />
<br />
Sebagai penutup saya ingin mengutip pesan yang pernah saya dengar dari professor saya. Kata beliau, kita memiliki dua buah jam. Yang satu jam harian, yaitu sebagaimana yang kita pakai sehari-hari, dan yang sebuah lagi adalah jam kehidupan. Kalau ingin tahu, jam kehidupan itu, maka bagilah usia anda dengan 3. Umumya usia kita berada pada kisaran 24 sampai 36. Kalau dibagi 3, berarti jam kehidupan kita semua di sini, antara 8 sampai dengan 12. Jam 8 sampai 12 adalah masa-masa di mana kita melakukan aktifitas kehidupan fase pertama. Pada jam tersebut bapak dan ibu tentunya akan sangat aktif di kantor.<br />
<br />
Sama juga dengan kehidupan kita. Usia 24 sampai 36 adalah usia dimana otak kita masih encer, dan mudah menerima ilmu pengetahuan baru. Ini adalah usia dimana kita mencari bentuk dan merintis karir kehidupan kita. Semoga di usia yang amat berharga ini, kita dapat berhasil merintis format karir kita di masa yang akan datang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Wassalamualaikum Wr Wb</div><br />
<blockquote>___________________________________<br />
<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Tim MGMP. 2009. <i>PAI SMA Blitar Temprina Media Grafika</i>. Blitar: Pustaka Ilmu</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Logan. 2010. Pengertian Khotbah. (online), (http://pengertiankhotbah.blogspot.com/2009/03/.contohkhotbah.html, diakses 9 oktober 2010).</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Kusmayadi, I., Fitria, D. A. & Rahmawati, E. (Ed.). 2008. <i>Be Smart Bahasa Indonesia Untuk Kelas IX SMP/MTs. </i>Bandung: Grafindo</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Sutami, S. Dan Sukardi. (Eds.). 2008. <i>Bahasa Indonesia 2: SMA kelas IX</i>. Bandung: Quadra</span></span></div></blockquote>Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-27538203011579359732011-02-22T16:19:00.000+07:002013-11-29T23:53:42.134+07:00KUNANG-KUNANG DALAM BIR<blockquote>
<blockquote>
Di kafe itu, ia meneguk kenangan. Ini gelas bir ketiga, desahnya, seakan itu kenangan terakhir yang bakal direguknya. Hidup, barangkali, memang seperti segelas bir dan kenangan. Sebelum sesap buih terakhir, dan segalanya menjadi getir. Tapi, benarkah ini memang gelas terakhir, jika ia sebenarnya tahu masih bisa ada gelas keempat dan kelima. Itulah yang menggelisahkannya, karena ia tahu segalanya tak pernah lagi sama. Segalanya tak lagi sama, seperti ketika ia menciumnya pertama kali dulu.</blockquote>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Dulu, ketika dia masih mengenakan seragam putih abu-abu. Saat senyumnya masih seranum mangga muda. Dengan rambut tergerai hingga di atas buah dada. Saat itu ia yakin: ia tak mungkin bisa bahagia tanpa dia. ”Aku akan selalu mencintaimu, kekasihku….” Kata-kata itu kini terasa lebih sendu dari lagu yang dilantunkan penyanyi itu. <i>I just called to say I love you….</i></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-1144"></span>Tapi mengapa bukan sendu lagu itu yang ia katakan dulu? Ketika segala kemungkinan masih berpintu? Mestinya saat itu ia tak membiarkan dia pergi. Tak membiarkan dia bergegas meninggalkan kafe ini dengan kejengkelan yang akhirnya tak pernah membuatnya kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu bisa mengubah dunia, tetapi waktu tak bisa mengubah perasaannya. Kenangannya. Itulah yang membuatnya selalu kembali ke kafe ini. Kafe yang seungguhnya telah banyak berubah. Meja dan kursinya tak lagi sama. Tetapi, segalanya masih terasa sama dalam kenangannya. Ya, selalu ke kafe ini ia kembali. Untuk gelas bir ketiga yang bisa menjadi keempat dan kelima. Seperti malam-malam kemarin, barangkali gelas bir ini pun hanya akan menjadi gelas bir yang sia-sia jika yang ditunggu tidak juga tiba.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Besok kita ketemu, di kafe kita dulu….”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia tak percaya bahwa dia akhirnya meneleponnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Kok diam….”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Hmmm.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Bisa kita ketemu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Ya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Tunggu aku,” dia terdengar berharap. ”Meski aku tak yakin bisa menemuimu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba saja ia berharap kali ini takdir sedikit berbaik hati padanya: semoga saja suaminya mendadak kena ayan atau terserang amnesia, hingga perempuan yang masih dicintainya itu tak merasa cemas menemuinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Menemui? Apakah arti kata ini? Yang sangat sederhana, menemui adalah berjumpa. Tapi untuk apa? Hanya untuk sebuah kenangan, atau adakah yang masih berharga dari ciuman-ciuman masa lalu itu? Masa yang harusnya mereka jangkau dulu. Dulu, ketika ia masih mengenakan seragam putih abu-abu. Saat senyumnya masih seranum mangga muda. Dengan rambut tergerai hingga di atas dada. Ketika ia yakin, ia tak mungkin bahagia tanpa dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, ia jadi teringat pada percakapan-percakapan itu. Percakapan di antara ciuman-ciuman yang terasa gemetar dan malu-malu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku selalu membayangkan, bila nanti kita mati, kita akan menjelma sepasang kunang-kunang.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia tersenyum, kemudian mencium pelan. ”Tapi aku tak mau mati dulu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Kalau begitu, biar aku yang mati dulu. Dan aku akan menjadi kunang-kunang, yang setiap malam mendatangi kamarmu….”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Hahaha,” dia tertawa renyah. ”Lalu apa yang akan kamu lakukan bila telah menjadi kunang-kunang?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku akan hinggap di dadamu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dada yang membusung. Dada yang kini pasti makin membusung karena sudah dua anak menyusuinya. Pun dada yang masih ia rindu. Dada yang sarat kenangan. Dada yang akan terlihat mengilap ketika seekor kunang-kunang hinggap di atasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Kunang-kunang…mau ke mana? Ke tempatku, hinggap dahulu….”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia bersenandung sambil membuka satu per satu kancing seragam. Dia yang hanya memejam. Ia seperti melihat seekor kunang-kunang yang perlahan keluar dari kelopak matanya yang terpejam. Seperti ada kunang-kunang di keningnya. Di pipinya. Di hidungnya. Di bibirnya. Di mana-mana. Kamar penuh kunang- kunang beterbangan. Tapi tak ada satu pun kunang-kunang hinggap di dadanya pualam. Dada itu seperti menunggu kunang-kunang jantan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia selalu membayangkan itu. Sampai kini pun masih terus membayangkannya. Itulah yang membuatnya masih betah menunggu meski gelas bir ketiga sudah tandas. Selalu terasa menyenangkan membayangkan dia tiba-tiba muncul di pintu kafe, membuat ia selalu betah menunggu meski penyanyi itu telah terdengar membosankan menyanyikan lagu-lagu yang ia pesan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia hendak melambai pada pelayan kafe, ingin kembali memesan segelas bir, ketika dilihatnya seekor kunang-kunang terbang melayang memasuki kafe. Kemudian kunang-kunang itu beterbangan di sekitar panggung. Di sekitar kafe yang ingar bingar namun terasa murung. Murung menapak geliat lidah pada tiap jeda tubuhnya. Murung mengharap tiap geliat di liat tubuhnya mengada. Lagi. Di sini. Menjadi nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Adakah kunang-kunang itu pertanda? Adakah kunang-kunang itu hanya belaka imajinasinya? Penyanyi terus menyanyi dengan suara yang bagai muncul dari kehampaan. Dan kafe yang ingar ini makin terasa murung. Tiba-tiba ia menyaksikan ribuan kunang-kunang muncul dari balik keremangan, beterbangan memenuhi panggung. Hingga panggung menjadi gemerlapan oleh pendar cahaya kunang-kunang yang berkilau kekuningan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Gelas birnya sudah tidak berbusa. Hanya kuning yang diam. Tidak seperti kunang-kunang beterbangan gemerlapan berpendar kekuningan. Kuning di gelas birnya mati. Sementara kuning di luar birnya gemerlapan. Hidup. Ia jadi teringat pada percakapan mereka dulu. Dua hari sebelum dia memilih hidupnya sendiri. Percakapan tentang bir dan kunang-kunang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku menyukai bir, seperti aku menyukai kunang-kunang,” ia berkata, setelah ciuman yang panjang. ”Warna bir selalu mengingatkanku pada cahaya kunang-kunang. Dan kunang-kunang selalu mengingatkanku kepadamu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Kenapa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Karena di dalam matamu seperti hidup ribuan kuang-kunang. Aku selalu membayangkan ribuan kunang-kunang itu berhamburan keluar dari matamu setiap kau merindukanku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Tapi aku tak pernah merindukanmu.” Dia tersenyum.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Bohong….”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku tak pernah membohongimu. Kamu yang selalu membohongiku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia memandang nanar. Seolah tidak yakin apa yang ia dengar salah atau benar. Bohong baginya adalah dusta yang direncanakan. Sementara apa yang ia lakukan dulu adalah pilihan. Dan pilihan hanyalah satu logika yang terpaksa harus diseragamkan. Oleh banyak orang. Olehnya….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Tidak. Aku tidak bohong.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Semakin kau bilang kalau kau tidak bohong, semakin aku tahu kalau kamu berbohong.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia tak menjawab. Tapi bergegas menciumnya. Rakus dan gugup. Begitulah selalu, bila ia merasa bersalah karena telah membohonginya. Seolah ciuman bisa menyembunyikan kebohongannya. Tapi ia tak bohong kalau ia bilang mencintainya. Ia hanya selalu merasa gugup setiap kali nada suaranya terdengar mulai mendesaknya. Karena ia tahu, pada akhirnya, setelah percakapan dan ciuman, dia pasti akan bertanya: ”Apakah kau akan menikahiku?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia menyukai ciuman. Tapi, sungguh, ia tak pernah yakin apakah ia menyukai pernikahan. Kemudian ia berteka-teki: ”Apa persamaan bir dengan kunang-kunang?” Dia menggeleng.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Keduanya akan selalu mengingatkanku padamu. Bila kau mati dan menjelma jadi kunang-kunang, aku akan menyimpanmu dalam botol bir. Kau akan terlihat kuning kehijauan. Tapi kita tak akan pernah tahu bukan, siapa di antara kita yang akan menjadi kunang-kunang lebih dulu? Kita tak akan pernah bisa menduga takdir. Kita bisa meminta segelas bir, tetapi kita tak pernah bisa meminta takdir.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti ia tak pernah meminta perpisahan yang getir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku mencintaimu, tapi rasanya aku tak mungkin bahagia bila menikah denganmu….”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup pada akhirnya memang pilihan masing-masing. Kesunyian masing-masing. Sama seperti kematian. Semua akan mati karena itulah hukuman yang sejak lahir sudah manusia emban. Tapi manusia tetap bisa memilih cara untuk mati. Dengan cara wajar ataupun bunuh diri. Dengan usia atau cinta. Dengan kalah atau menang?</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat ia tahu, bahwa pada akhirnya perempuan yang paling ia cintai itu benar-benar menikah—bukan dengan dirinya—pada saat itulah ia menyadari ia tak menang, dan perlahan-lahan berubah menjadi kunang-kunang. Kunang-kunang yang mengembara dari kesepian ke kesepian. Kunang-kunang yang setiap malam berkitaran di kaca jendela kamar tidurnya. Pada saat itulah ia berharap, dia tergeragap bangun, memandang ke arah jendela, dan mendapati seekor kunang-kunang yang bersikeras menerobos kaca jendela. Dia pasti tahu, betapa kunang-kunang itu ingin hinggap di dadanya. Sementara suaminya tertidur pulas di sampingnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku memilih menikah dengannya, karena aku tahu, hidup akan menjadi lebih mudah dan gampang ketimbang aku menikah denganmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah yang diucapkannya dulu, di kafe ini, saat mereka terakhir bertemu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Jangan hubungi aku!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu dia menciumnya. Lama. Bagi ia, ciuman itu seperti harum bir yang pernah terhapus dari mulutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Barangkali, segalanya akan menjadi mudah bila saat itu diakhiri dengan pertengkaran seperti kisah dalam sinetron murahan. Misal: dia menamparnya sebelum pergi. Memaki-maki, ”Kamu memang laki-laki bajingan!” Atau kata-kata sejenis yang penuh kemarahan. Bukan sebuah ciuman yang tak mungkin ia lupakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kini, seperti malam-malam kemarin, ia ada di kafe kenangan ini. Kafe yang harum bir. Kafe yang mengantarkannya pada sebuah ciuman panjang di bibir. Kafe yang selalu membuatnya meneguk kenangan dan kunang-kunang dalam bir. Ini gelas bir ketiga, desahnya, seakan itu kenangan terakhir yang bakal direguknya. Hidup, barangkali, memang seperti segelas bir dan kenangan. Sebelum sesap buih terakhir, dan segalanya menjadi getir. Tapi benarkah ini memang gelas terakhir, jika ia sebenarnya tahu masih bisa ada gelas keempat dan kelima?</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini gelas bir keenam!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ia masih menunggu. Ia melirik ke arah penyanyi itu, yang masih saja menyanyi dengan suara sendu. Ia melihat pelayan itu sudah setengah mengantuk. Tinggal ia seorang di kafe. Barangkali, bila ia bukan pelanggan yang setiap malam berkunjung, pasti pelayan itu sudah mengusirnya dengan halus. Sudah malam, sudah tak ada lagi waktu buat meneguk kenangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada gelas kedelapan, akhirnya ia bangkit, lalu memanggil pelayan dan membayar harga delapan gelas kenangan yang sudah direguknya habis. Ya, malam pun hampir habis. Sudah tak ada waktu lagi buat kenangan. Sudah tidak ada kenangan dalam gelas bir kedelapan. Setiap kenangan, pada akhirnya punya akhir bukan? Inilah terakhir kali aku ke kafe ini, batinnya. Besok aku tak akan kembali. Kemudian ia beranjak pergi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam makin mengendap. Tamu terakhir sudah pergi. Diam dan setengah mengantuk, para pelayan kafe membereskan kursi. Bartender merapikan gelas-gelas yang bergelantungan. Sebentar lagi penjaga malam akan menutup pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat itulah, terlihat seekor kunang-kunang memasuki kafe. Kunang-kunang itu terbang melayang berputaran, sebelum akhirnya hinggap di gelas bir yang telah kosong.<i> Sumber: Agus Noor. (http://cerpenkompas.wordpress.com/2010/10/10/kunang-kunang-dalam-bir/) </i></div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-65255921188163178552011-02-21T20:09:00.000+07:002015-02-26T22:35:36.336+07:00PERJUANGAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Andaikan aku bisa melukis dihatimu, </div>
<div style="text-align: center;">
ku kan berikan kamu sebuah kisah.</div>
<div style="text-align: center;">
Andaikan kamu mengerti apa yang ada di kanfasku</div>
<div style="text-align: center;">
bisakah kamu memberikan kisahmu</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
batu</div>
<div style="text-align: center;">
batu akan hancur jika dihancurkan</div>
<div style="text-align: center;">
batu akan keras jika dibiarkan</div>
<div style="text-align: center;">
bisakah kau menghaluskan batu lewat goresan penamu</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Apa daya alkisah ini akan berlanjut</div>
<div style="text-align: center;">
kisah yang akan dibangun</div>
<div style="text-align: center;">
bisakah kisah ini akan terus berlanjut</div>
<div style="text-align: center;">
sampai akhir hayat</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
melihat sepasang mawar merah </div>
<div style="text-align: center;">
melihat sepasang mawar putih</div>
<div style="text-align: center;">
melihat kupu pelangi</div>
<div style="text-align: center;">
semuanya indah</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
tahukah engkau, wahai semak-semak</div>
<div style="text-align: center;">
bahwa aku sungguh mengharapkanmu</div>
<div style="text-align: center;">
cukup sudah kisahku kulukiskan</div>
<div style="text-align: center;">
meski kisahku diwarnai perjalanan yang berat</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
saat ini,...</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
aku ingin membangun sebuah kisah</div>
<div style="text-align: center;">
biarlah rerumputan yang menjadi saksi</div>
Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-229569437688045787.post-11606815393778535542011-02-20T15:37:00.000+07:002011-02-20T15:46:22.120+07:00Bersyukurlah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://lenidisini.files.wordpress.com/2010/01/bersyukur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="282" src="http://lenidisini.files.wordpress.com/2010/01/bersyukur.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;">apa daya...</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">wajahmu melukiskan wajahnya</div><div style="text-align: center;">wajahnya melukiskan keceriaan</div><div style="text-align: center;">keceriaan melukiskan kecantikan</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">apa daya...</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">daya apa kubuat berjalan</div><div style="text-align: center;">medan kokoh, batu semak, bukit parang</div><div style="text-align: center;">semua aku lalui</div><div style="text-align: center;">apa daya...</div><div style="text-align: center;">hati ini ada satu</div><div style="text-align: center;">satu hati masih sangat sendu</div><div style="text-align: center;">mata diciptakan berpasang</div><div style="text-align: center;">manusia diciptakan berpasang</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">tapi...</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">kenapa hati diciptakan satu pasang</div><div style="text-align: center;">kemanakah pasangan yang lainnya</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">masa depan memang pendek, bagi orang yang menyerah</div><div style="text-align: center;">masa depan akan panjang, bagi orang yang tekun dan ulet</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">bersyukur... selalu bersyukur....</div><div style="text-align: center;">manis, asam, pahit, pilu</div><div style="text-align: center;">ku kan bersyukur, sampai akhir hayatku.</div>Cindy Reichmannhttp://www.blogger.com/profile/05835038793481278206noreply@blogger.com1