Bicara dalam kehidupan sehari-hari hanya dapat dan lazim dipergunakan oleh dan untuk manusia, artinya bicara itu hanya bisa disebut bicara jika dilakukan oleh dan untuk manusia. Tarigan (1987) menjelaskan berbicara yaitu mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Dalam pengertian yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda yang tepat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah organ dan jaringan tubuh manusia dengan maksud dan tujuan, gagasan atau ide yang dikombinsikan. Dengan kata lain berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif yang berfungsi pula sebagai alat manusia yang paling penting dalam kontrol sosial.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Berbicara sama artinya dengan berkata/bercakap/berbahasa. Sedangkan pengertian yang lebih luas berbicara merupakan suatu sistem tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah organ dan jaringan tubuh manusia dengan maksud dan tujuan, gagasan atau ide yang dikombinasikan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Berbicara sama artinya dengan berkata/bercakap/berbahasa. Sedangkan pengertian yang lebih luas berbicara merupakan suatu sistem tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah organ dan jaringan tubuh manusia dengan maksud dan tujuan, gagasan atau ide yang dikombinasikan.
Faktor kebahasaan yang mempengaruhi berbicara antara lain:
a. Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan atau kurang menarik. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) di anggap aneh
b. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi dan Durasi Yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor menentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
c. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan berfariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Misalnya kata kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Selain itu hendaknya dipilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul miliknya baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.
d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat yang efektif mempunyai ciri-ciri keutuhan, pertautan, pemusatan perhatian, dan kehematan.
Keutuhan kalimat akan rusak karena adanya keracuan. Perpautan bertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat. Pemusatan perhatian pada bagian yang terpenting dapat dicapai dengan menepatkan bagian tersebut diawal atau pada akhir kalimat. Dalam peristiwa komunikasi kalimat mempunyai beban yang tidak betul-betul ringan. Kalimat tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian dan penerimaan informasi belaka tetapi mencakup semua aspek-aspek ekspresi kejiwaan manusia yang amat majemuk.
a. Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan atau kurang menarik. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) di anggap aneh
b. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi dan Durasi Yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor menentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
c. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan berfariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Misalnya kata kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Selain itu hendaknya dipilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul miliknya baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.
d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat yang efektif mempunyai ciri-ciri keutuhan, pertautan, pemusatan perhatian, dan kehematan.
Keutuhan kalimat akan rusak karena adanya keracuan. Perpautan bertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat. Pemusatan perhatian pada bagian yang terpenting dapat dicapai dengan menepatkan bagian tersebut diawal atau pada akhir kalimat. Dalam peristiwa komunikasi kalimat mempunyai beban yang tidak betul-betul ringan. Kalimat tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian dan penerimaan informasi belaka tetapi mencakup semua aspek-aspek ekspresi kejiwaan manusia yang amat majemuk.