NASIB KESENIAN KETOPRAK

Rabu, 18 Maret 2015

NASIB KESENIAN KETOPRAK DI LAPANGAN DUSUN SEMINANG DESA SUMBERAGUNG WATES – KEDIRI PADA ERA REFORMASI

Oleh: Susie Galih Ajiningtyas

      Dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI), penulis mengangkat tema penulisan karya tulis mengenai kebudayaan yaitu “NASIB KESENIAN KETOPRAK DI LAPANGAN DUSUN SEMINANG PADA ERA REFORMASI”. Dalam penulisan ini penulis melakukan penelitian di Dusun Seminang Desa Sumberagung dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
      Alasan penulis mengambil tema mengenai kebudayaan adalah karena keprihatinan penulis terhadap kebudayaan bangsa terutama ketoprak yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya, Indonesia lebih unggul di bidang keseniannya. Indonesia merupakan negara yang terkenal kaya akan suku-suku budaya dan keseniannya. Diantara ribuan kesenian daerah yang ada di Indonesia salah satunya adalah kesenian ketoprak. Yang sekarang ini semakin diabaikan oleh sebagian besar masyarakat bangsa Indonesia sendiri.
Kebudayaan adalah aset terbesar bangsa di samping kekayaan lain yang bersifat materil. Selain itu budaya yang mencangkup kesenian menggambarkan identitas bangsa. Seiring dengan perkembangan jaman kesenian daerah ini semakin tergeser keberadaannya. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.
Ketoprak merupakan kesenian rakyat yang berbentuk sandiwara atau drama, ketoprak ini timbulnya pada tahun kurang lebih 1922 pada masa Mangkunegaran. Sebagai ilustrasi diiringi gamelan yang berupa lesung, alu, kendang dan seruling, karena cerita atau pantun-pantunnya merupakan sindiran kepada pemerintah atau kerajaan maka kesenian ketoprak ini lalu dilarang. Namun karena kesenian rakyat akhirnya tetap berkembang di daerah pedesaan atau pesisiran. Setelah sampai di Yogyakarta ketoprak ini disempurnakan dengan iringan gamelan jawa lengkap dan tema ceritanya mengambil babad sejarah, cerita rakyat atau kerajaan sendiri. Ketoprak ini dilakukan oleh beberapa orang menurut keperluan ceritanya. Adapun ciri khas dari ketoprak ini dilakukan dengan dialog bahasa jawa.
Ketoprak adalah seni pertunjukan rakyat yang populer di kalangan masyarakat dan budaya (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 11). Ketoprak merupakan kesenian rakyat Jawa Tengah, namun juga bisa ditemukan di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketoprak sudah menjadi salah satu budaya Masyarakat Jawa Tengah dan bisa mengungguli kesenian lainnya, seperti Srandul, Emprak dll. Asal mula ketoprak ini terwujud dari permainan para pemuda di dusun yang sedang bermain sambil diiringi irama lesung pada saat bulan purnama. Namun kebiasaan tersebut kinggi menjadi salah satu budaya dan salah satu seni drama tradisional kuno. Alat musik yang digunakan pada awalnya hanya lesung namun dalam perkembangannya disertai pula dengan seruling, terbang, gendang, gong dan beberapa nyanyian jawa (tembang jawa). Ketoprak jawa yang masih menggunakan lesung tergelar sekitar tahun 1887 dan mulai diubah instrumennya menjadi lebih lengkap pada tahun 1909.

SEJARAH SINGKAT
      Lahir pada bagian terakhir pada tahun 1920-an dan dipengaruhi oleh popularitas seni drama baraht (Tonil) yang menabjibkan. Kesenian ketoprak berkembang mendekati kesenian wayang yang selama ini mempengaruhi kebudayaan masa di Indonesia (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 11).
Hatley, seorang sarjana Australia yang baru-baru ini meneliti tentang ketoprak telah menulis bahwa sejak awal berdirinya ketoprak adalah sebuah hiburan populer dari wong cilik yang sedang berhadapan dengan ancaman-ancaman medernisasi (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 13).
Asal mulanya pertunjukan ketoprak menyajikan keakraban akan kejujuran dan keaslian sebuah seni yaitu tanpa maksud-maksud komersial. Selama masa kependudukan Jepang di Jawa (1942-1945) sandiwara ketoprak ternyata dapat dengan sukses dimanfaatkan oleh rezim militer pada waktu itu sebagai sebagian alat propaganda perang (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 29-31)
Sekarang ini masyarakat Indonesia, sedang masuk dalam era reformasi. Reformasi merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar sepuluh tahun yang lalu, dan mulai begitu popular sebagai ideologi baru sekitar sepuluh tahun terakhir. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi.
Gejala yang juga menonjol sebagai dampak dari globalisasi informasi adalah terjadinya perubahan budaya dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.
Masalah yang paling krusial dalam globalisasi adalah kenyataan bahwa perkembangan iptek dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang di Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang selalu khawatir akan tenggelam dilanda arus globalisai dalam berbagai bidang  politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita.
Dua kekhawatiran  ini jelas bukan tanpa alasan. Khusus dalam bidang hiburan masa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Misalnya, sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju di Amerika Serikat, Jepang, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang juga semakin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populair lain yang tersaji melalui kaset, VCD, dan laser disk yang berasal dari negara manca pun terus mengalir di tengah-tengah kita. Fakta demikian cukup sebagai bukti betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya.

Ketoprak di Dusun Seminang
      Menurut masyarakat Dsn. Seminang, Ds. Sumbaragung, pada era reformasi ini terjadi perubahan terhadap kebudayaan Indonesia terutama kesenian ketoprak. Masuknya kebudayaan baru bersifat negatif terhadap kelangsungan kebudayaan tradisional dan sangat membahayakan kebudayaan timur. Seorang pemain ketoprak sangat prihatin sekali terhadap perubahan budaya, sebab masyarakat kita sudah sudah mulai meninggalkan kebudayaan bangsa dan orang tua sekarang jarang sekali memberikan pendidikan kebudayaan terhadap anak didiknya. Selain itu masuknya teknologi yang modern sangat mempengaruhi proses pelestarian kebudayaan.
      Mereka juga berpendapat bahwa mereka sangat ragu sekali jika bangsa kita mampu mempertahankan kebudayaan sebagai identitas bangsa pada era reformasi yang yang semakin memprihatinkan. Bahkan masyarakat sekitarnya juga sangat tidak yakin sekali kalau kesenian ketoprak akan terus berjaya.

Ketoprak vs Hiburan Modern
      Hiburan yang penuh dengan kemeriahan dan keglemoran, sekarang ini telah mampu membutakan hati masyarakat akan kesenian daerah sepertihalnya ketoprak. Berdasarkan hasil angket dari pertayaan “Andai ada dua pilihan hiburan yaitu ketoprak dan huburan seperti pertunjukan band, apakah anda akan memilih ketoprak?”. Dari 50 responden hanya ada 30% yang menjawab “ya”. Itu berarti kesenian hanya sedikit sekali yang masih menyukainya. Hiburan modern yang pada hakikatnya dapat merusak kebudayaan bangsa justru sekarang ini banyak diminati.
Kenyataan ini sudah dapat menggambarkan akan keberadaan dan kelangsungan kesenian ketoprak di masa yang akan datang. Dahulu kesenian ketoprak menjadi ajang hiburan yang dengan mudahnya sering kita jumpai di televisi maupun di pergelaran terbuka. Namun setelah pergantian orde baru ke era reformasi kesenian rakyat ini semakin terpuruk, bahkan kini nasibnya bagaikan di ujung duri. Peribahasa ini bermakna nasib kesenian ketoprak saat ini sangat mengkhawatirkan. Jika kita semakin tidak mempedulikan akan nasib ketoprak maka hal itu akan terjadi. Perlu kita ingat tentang berita tentang reog yang menjadi salah satu kebudayaan Indonesia yang hampir direbut oleh negara lain. Hal inilah akibat dari kelalaian masyarakat sendiri akan reog sebagai kesenian murni ciptaan Idonesia.

Pandangan Masyarakat akan Kesenian Ketoprak
Semakin hari, kian lama kebudayaan ketoprak semakin pudar, hal yang kuno dan kurang gaul, itulah tanggapan dari anak-anak muda terhadap kesenian ketoprak. Mereka menganggap kesenian ketoprak adalah tontonan orang tua (nenek-nenek), yang apabila mereka menonton kesenian tersebut mereka merasa gengsi. Dari rasa gengsi inilah menjadikan kesenian ketoprak semakin dipojokkan oleh para generasi muda saat ini. Selain tanggapan ini, mereka juga menganggap bahwa ketoprak jika dilihat sangat kurang menyenangkan dibenak mereka. Padahal jika mengingat perjuangan nenek moyang dahulu, nenek moyang kita sangat mati-matian untuk memperjuangkan demi meraih suatu kesenian yang ada di Indonesia agar dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Sebenarnya, jika kita resapi tentang tujuan dari kesenian itu sendiri, kesenian sangat bermanfaat dan menyenangkan bagi audiennya jika mereka mau menyaksikannya.
Di sisi lain dari opini mereka, sebagian besar masyarakat terutama masyarakat dari golongan religius juga berpendapat bahwa kesenian sangat dilarang oleh agama. Padahal jika kita telusuri lagi tentang sejarah Sunan Kalijaga masa lampau, kesenianlah yang menjadi wadah bagi beliau dalam menyebarluaskan agama Islam melalui hasta karyanya yaitu wayang. Mereka yang berpendapat bahwa kesenian sangat dilarang oleh agama itu sangat salah besar sekali. Kemungkinan besar mereka tidak mengingat-ingat kembali tentang perjuangan Islam ketika menyebarkan ajaran agama ke seluruh dunia.
PEWARISAN BUDAYA .
      Berdasarkan hasil observasi di lapangan yaitu di Desa Sumberagung, penulis mengambil subjek suatu grup kesenian ketoprak yang dipimpin oleh Ki Koyek. Beliau berpendapat bahwa mereka semua turut prihatin akan nasib kesenian Ketoprak di era reformasi.
Oleh sebab itu, proses pewarisan budaya suatu generasi tidak dapat bersifat pasif dalam menerima budaya dari generasi pendahulunya. Mereka harus aktif dalam menyaring akan masuknya kebudayaan-kebudayaan baru seperti kebudayaan barat ke dalam kebudayaan Indonesia. Tanpa adanya partisipasi dan kesadaran dari generasi muda itu sendiri, kelangsungan kesenian budaya ketoprak tidak akan dapat terjamin kelangsungannya di tanah negeri Indonesia kita tercinta ini. Kemungkinan besar kesenian ketoprak akan punah dengan sendirinya. Tetapi dengan masih adanya nilai dan ukuran lama dari budaya yang diterima harus dikaji, dikupas, dan diperiksa untuk disesuaikan dengan perkembangan jaman, dengan demikian kebudayaan akan selalu bertunas dan berkembang dengan suburnya, tanpa merusak identitas asli budaya bangsa.
Kesenian ketoprak tidak akan punah jika sedari dulu proses pewarisan oleh orang-orang sebelum kita lebih menfokuskan anak didiknya dengan lebih memperkenalkan sejarah dan deskripsi mengenai kesenian ketoprak.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SKB MANDIRI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger